(Baca: Ini Profil Heru Hidayat, Bersama Benny Tjokro Jadi Tersangka Jiwasraya)

Pada 2014 hingga 2016, Jiwasraya sempat melaporkan ekuitasnya surplus berturut-turut Rp 2,4 triliun, Rp 3,4 triliun, dan Rp 5,4 triliun. Labanya pada 2014 tumbuh 44% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 661 miliar.

Menteri BUMN kala itu, Dahlan Iskan, sempat menyebut Jiwasraya telah merdeka dari kebangkrutan. Hendrisman dan Harry mendapat pujian karena berhasil membukukan laba dengan langkah reasuransi dan revaluasi aset.

Kenyataannya, BPK menemukan praktik berisiko tinggi manajemen lama dalam berinvestasi dan mengelola dana nasabahnya. Hal ini pun diakui oleh Direktur Utama Jiwasraya saat ini Hexana Tri Sasongko.

Manajemen lama memindahkan aset finansialnya dari obligasi pemerintah ke saham dan reksa dana. Tujuannya, untuk mengejar return lebih besar agar pembayaran polis ke nasabah pun tinggi. “Itu dilakukan pada 2014 sampai 2017. Dari investasi high quality ke low quality,” katanya pada akhir Desember lalu kepada awak media.

Selanjutnya: Investasi Saham Asabri yang Serupa dengan Jiwasraya

Investasi Saham Asabri yang Serupa dengan Jiwasraya

Investasi berisiko tinggi yang dilakukan Jiwasraya ternyata dilakukan pula oleh PT Asabri (Persero). Asuransi sosial dan pembayaran pensiun khusus untuk prajurit TNI, polisi, hingga PNS Kementerian Pertahanan itu juga menjadi sorotan.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md menyebut ada potensi korupsi Rp 10 triliun di Asabri. “Modus operandinya sama (dengan Jiwasraya), bahkan mungkin beberapa orangnya sama,” ucapnya pada Senin lalu.

Data Stockbit menunjukkan Asabri berinvestasi lebih dari 5%, di 17 saham. Di PT Pool Advista Finance Tbk atau POLA kepemilikan sahamnya mencapai 7,65%. Asabri juga berinvestasi di induk usaha perusahaan ini, yaitu PT Pool Advista Indonesia Tbk atau POOL.

Mengutip dari Antara, Hendrisman saat ini menjadi pimpinan PT Advista Life. Dari situs resminya, mayoritas pemegang saham perusahaan asuransi ini adalah POOL sebesar 99,99%. Sisanya dimiliki Erry Firmansyah (mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia). Di POLA, terdapat pula nama Evi Firmansyah, adik Erry, sebagai direktur utamanya.

Kejaksaan menyebut ada 13 perusahaan manajer investasi yang mengelola portofolio Jiwasraya. Termasuk di dalamnya adalah anak usaha POOL lainnya, PT Pool Advista Asset Management.

Direktur Pool Advista Asset Management Ferro Budhimeilano kemarin telah dipanggil Kejaksaan. Namun, usai pemeriksaan ia enggan menjawab pertanyaan awak media.

(Baca: Emiten Perikanan Milik Asabri Jelaskan Penyebab Bisnis Merugi)

Kembali ke data Stockbit, Asabri memiliki saham Hanson milik Benny Tjokro sebesar 5,4%. Begitu pula saham-saham yang berhubungan dengan Heru Hidayat. Di IIKP dan TRAM, perusahaan asuransi pelat merah itu masing-masing memiliki saham sebesar 5,44% dan 5,04%.

Ada pula saham yang dimiliki Jiwasraya, yaitu PT SMR Utama Tbk. Asabri memiliki sahamnya sebesar 6,61%. Pemegang saham mayoritas emiten berkode efek SMRU itu adalah TRAM, yaitu 52,3%. MYRX, IIKP, TRAM, dan SMRU sekarang termasuk dalam saham gocap.

Dari hasil audit BPK pada 2017 untuk Asabri juga ditemukan kesamaan saham yang dipakai Jiwasraya untuk melakukan praktik window dressing. Dua saham itu adalah PT Sugih Energy Tbk (SUGI) dan PT Eureka Prima Jakarta (LCGP).

BPK melihat pembelian dua saham itu dilakukan kedua perusahaan pada awal 2015. Harga saham keduanya cenderung datar. SUGI rata-rata harganya ketika itu di Rp 378 per lembar dan LCGP di Rp 550 per lembar.

Mendekati akhir tahun, Jiwasraya dan Asabri terlihat membeli SUGI dan LCGP dalam jumlah banyaknya. Lalu, pada 30 Desember 2015, saham SUGI naik jadi Rp 470 per lembar dan LCGP di Rp 620 per lembar. Setelah tahun baru 2016, tepatnya pada 4-5 Januari, saham SUGI dan LCGP langsung turun, masing-masing di kisaran Rp 388 dan Rp 505 per lembarnya.

Kenaikan dan penurunan harga yang relatif singkat itu, menurut BPK, merupakan indikasi permainan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan begitu, laporan keuangan Asabri dan Jiwasraya akan tercantum potensi laba atau potential gain yang mencapai miliaran rupiah.  

(Baca: Setoran TNI dan Polri Lancar, Erick Thohir Anggap ASABRI Masih Aman)

BEI menghentikan perdagangan saham SUGI sejak 11 Juli 2019 karena perusahaan belum memberi kepastian terhadap kelangsungan usahanya. Harga sahamnya mentok di Rp 50 per lembar. Bahkan dalam keterbukaan informasinya pekan lalu, SUGI mengatakan saat ini karyawannya tersisa delapan orang.

Pemegang saham SUGI saat ini mayoritas dipegang publik sebesar 66,23%. Sisanya adalah Goldenhill Energy Fund 11,52%, Dana Pensiun Pertamina 8,05%, Credit Suisse Ag Sg Trust 6,49%, dan Interventures Capital Pte Ltd 7,71%.

Otoritas bursa juga melakukan suspensi saham LCGP sejak 2 Mei 2019. Sahamnya tertahan di harga Rp 114 per lembarnya. Pemilik perusahaan saat ini adalah masyarakat (87,38%), Yayasan Kesehatan Bank Mandiri (7,07%), dan Dana Pensiun Bukit Asam (5,55%).

Kepolisian saat ini sedang menyelidiki kasus korupsi Asabri. “Kita tunggu saja ya apa perkembangannya nanti,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Raden Prabowo Argo Yuwono.

Menteri BUMN Erick Thohir memastikan likuiditas perusahaan asuransi itu aman. “Likuiditas Asabri dijamin aman karena cash flow asetnya masih bagus. Beda dengan Jiwasraya,” ucapnya.

(Baca: Investasi Saham Jeblok, Pengamat Sarankan Asabri Diawasi OJK)

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto, Antara, Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement