Ia menuding, anomali harga beras terjadi lantaran banyak pedagang yang mengubah spesifikasi beras dari medium ke premium. Amran sudah meminta Satuan Tugas (Satgas) Anti Mafia Pangan lintas instansi untuk turun tangan mengatasi anomali harga beras tersebut.

Tudingan serupa juga diungkapkan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. Ia mencurigai adanya oknum pedagang yang mengoplos beras medium menjadi premium. Bulog sebenarnya sudah menggelontorkan sekitar 60% stok beras medium lewat operasi pasar namun harganya masih tetap merangkak naik.

Kepala Satgas Anti Mafia Pangan Polri Inspektur Jenderal (Irjen) Setyo Wasisto menyatakan, berdasarkan pengalaman, siklus naik dan turun harga selalu terjadi pada akhir tahun. Karena itu, Satgas Pangan akan terjun ke pasar-pasar dan melakukan pengecekan kualitas beras yang ada di lapangan. Tujuannya, memastikan beras medium memang sesuai dengan kriteria yang ada, begitu juga dengan premium.

"Dalam Rakortas sudah diputuskan untuk menggelar operasi pasar. Satgas akan mengawal dan mengamankan stabilisasi pangan ini. Lewat operasi pasar, kami harapkan harga bisa sesuai dengan yang ditetapkan sehingga terjangkau oleh masyarakat," ujar Setyo. Ia sudah menginstruksikan Satgas Pangan di daerah untuk segera berkoordinasi dengan pemangku kepentingan (stakeholder) terkait untuk menjaga stabilitas harga beras.

Pedagang beras sendiri membantah tudingan Menteri Pertanian yang menyebut kenaikan harga beras medium disebabkan perilaku curang. Menurut Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid, beras premium dan medium mudah dibedakan secara kasat mata sehingga mustahil bagi pedagang untuk menipu pembeli.

(Baca: Bank Dunia: Tiap Harga Beras Naik 10 Orang Miskin Bertambah 12 Juta)

Persediaan Beras di Gudang Bulog
Seorang pekerja sedang memasukan beras di sebuah gudang Bulog di Pekan Baru, Riau. (Antara Foto / Rony Muharrman)
 

Salah satu perbedaan yang cukup mencolok adalah persentase butir patah untuk beras medium maksimal sebesar 25%. Sedangkan untuk beras premium sebesar 15%. Selain itu, warna beras medium juga lebih buram karena masih ada butir yang berwarna kuning.

Menurut Zulkifli, kenaikan harga beras medium dalam satu bulan terakhir terjadi karena kualitas dan harga gabah di daerah yang sudah meningkat. Dengan begitu, tidak mungkin bagi pedagang menjual beras medium dengan harga normal. "Kalau di daerah hasil panen bagus, gabah dijual Rp 5.500 per Kg. Dengan demikian, harga berasnya Rp 10.500 - Rp 11.000 per Kg. Sudah bukan medium," katanya.

Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengakui, pergeseran porsi beras medium dan premium di pasar terjadi karena kenaikan harga gabah. Peningkatan harga gabah terjadi akibat produksi padi sebenarnya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Ketika permintaan lebih besar dibanding suplai, harga pun naik.

Berdasarkan rilis terbaru BPS dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA), perkiraan produksi beras sepanjang 2018 hanya 32,4 juta ton. "Data riil BPS untuk produksi beras itu jelas lebih kecil 30% dibanding estimasi Kementerian Pertanian," kata Dwi.

(Baca: Dampak Aturan HET, Pasokan Langka Pedagang Pilih Jual Beras Premium)

Artinya, surplus hanya terjadi pada semester pertama. Karena itu, kenaikan harga gabah otomatis terjadi akibat defisit neraca beras pada semester II-2018. Menurut data BPS, harga gabah kering panen terus meningkat sejak Mei seharga Rp 4.642 per kilogram menjadi Rp 4.937 per kilogram pada Oktober lalu.

Penyebab lainnya produksi beras menurun adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 27/2017. Beleid ini membuat takut petani menjual berasnya kepada pihak-pihak yang ingin membeli beras petani di atas harga acuan sehingga berpotensi menghambat proses kemitraan petani dengan perusahaan swasta.

Menurut Project Officer Komisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Hariadi Propantoko, kesimpulan ini didapat setelah KRKP menggelar penelitian di daerah penghasil beras seperti Subang dan Karawang, Jawa Barat, serta Sragen, Jawa Tengah. Padahal, petani bisa mendapat untung lebih besar dengan sistem kemitraan dengan perusahaan.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement