Lapindo Brantas Inc merupakan cucu dari salah satu perusahaan migas Grup Bakrie, yakni PT Energi Mega Persada Tbk (EMP). Pada Maret 2004, EMP mengakuisisi Kalila Energy Ltd dan Pan Asia Enterprise yang menjadi pemilik 100% Lapindo Brantas. Sementara Lapindo memegang 50% pengelolaan Blok Brantas. Pada Juli 2007, EMP memisahkan Lapindo Brantas, Kalila Energy dan Pan Asia Enterprise dari laporan keuangan perusahaan.

Aset Blok Migas PT Energi Mega Persada Tbk
Aset Blok Migas PT Energi Mega Persada Tbk (EMP)

Tak hanya Lapindo, EMP pun mulai agresif mengembangkan bisnis hulu migasnya. Juli lalu, pemerintah memutuskan memberikan perpanjangan kontrak Blok Malaca Straits di Riau kepada EMP sebagai operator dan PT Imbang Tata Alam. Kontrak blok migas ini habis pada 4 Agustus 2020.

Dalam laporannya, saat ini EMP memiliki 6 blok migas. Selain Malaca Straits, 5 blok lainnya adalah Gebang, Korinci Baru, Tonga, Kangean, dan Bentu. Di Blok Bentu, EMP baru saja memulai pengeboran empat sumur. Lokasi Sumur Segat 5 merupakan lokasi sumur gas pertama yang akan dibor oleh EMP Bentu Ltd pada tahun ini. Menyusul 3 lokasi sumur gas yang lain yakni Segat 8, Seng 4 dan Segat 7. Keseluruhan lokasi sumur gas tersebut terletak di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan.

Blok Bentu menjadi sasaran EMP menggenjot produksi. Saat ini EMP Bentu Ltd memproduksi gas bumi dengan rata-rata 55 MMSCFD, meningkat dari tahun lalu yang hanya 46 MMSCFD. Produksinya akan kembali ditingkatkan hingga menjadi 96 MMSCFD. (Baca: Perusahaan Grup Bakrie Sepakat Jual Minyak ke Pertamina)

Selain menggenjot produksi di blok migas yang sudah ada, EMP juga berupaya mencari blok migas baru. Tahun lalu, EMP sempat mengincar Blok Andaman yang terletak di lepas pantai Aceh seluas 7.399 kilometer persegi. Blok ini menyimpan cadangan gas 844,14 miliar kaki kubik (bcf) dan minyak 196,53 juta barel. Namun, EMP gagal mendapatkannya karena pemerintah memenangkan konsorsium Premier Oil, Kriss Energy dan Mubadala Petroleum.

Tahun ini EMP tengah membidik Blok Selat Panjang dalam lelang migas 2018. Perusahaan ini bersaing dengan Konsorsium Sonoro energy - PT Menara Global. Sayangnya, upaya EMP kembali gagal, karena Kementerian ESDM menilai perseroan tidak sesuai kriteria yang ditetapkan untuk bisa mengelola blok migas tersebut.

(Baca: Di Balik Menangnya Konsorsium Premier Atas Repsol dan EMP di Andaman)

Selain bisnis hulu migas, EMP juga berniat ekspansi ke sektor hilir. EMP juga berencana masuk ke bisnis petrokimia dengan mendirikan pabrik purified terephthatic acid (PTA) senilai US$ 600 juta atau sekitar Rp 9 triliun. Ekspansi ini dilakukan dengan menggandeng Reignwood International Investment Group. Perusahaan milik taipan asal Thailand, Chanchai Ruayrungrua, yang juga tercatat salah satu pemegang saham EMP.

Di tengah bisnis migas yang sulit, EMP berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang positif selama 2017. Meski mengalami penurunan penjualan 40%, perseroan tetap mampu membukukan laba bersih US$24,4 juta atau sekitar Rp349 miliar. Pada tahun 2016, perusahaan masih merugi US$ 345 juta.

Deputy Chief Executive Officer (CEO) Energi Mega Persada Syailendra Bakrie menjelaskan penurunan penjualan terjadi karena perusahaan tidak lagi memiliki Blok ONWJ dan Blok Semberah pada tahun lalu. EMP pun lebih memfokuskan aktivitasnya pada pemeliharaan sumur migas yang lebih hemat biaya, dibandingkan dengan kegiatan eksplorasi yang berbiaya tinggi. 

Namun, kinerja yang baik tidak bisa berlanjut di tahun ini. Sepanjang tida bulan pertama 2018, perseroan hanya bisa membukukan laba bersih US$ 1,9 juta. Beban keuangan yang besar membuat laba EMP anjlok dari US$ 67,2 pada periode yang sama tahun lalu.

Produksi Migas PT Energi Mega Persada Tbk
Produksi Migas PT Energi Mega Persada Tbk (EMP)

Agar bisnisnya bisa berjalan dengan baik, pembenahan keuangan juga dilakukan. Saat ini EMP masih terlilit utang Rp 260 juta. Posisi utang ini telah berkurang jauh, dari US$ 700 juta pada 2013. Pembenahan utang akan dilanjutkan dengan menerbitkan saham baru (right issue). Rencananya, EMP akan menerbitkan 15 miliar saham baru, dan 3,6 miliar saham hasil eksekusi waran. "Perseroan berencana untuk menurunkan pinjaman dan beban bunga terkait sebelum akhir tahun ini," kata Syailendra.

Baca: Grup Bakrie Targetkan Pipa Trans Kalimantan Alirkan Gas Tahun 2020)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement