Fabby menilai, langkah California menunjukan adanya perhatian terhadap keberlanjutan alam (sustainability) dalam penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan. "Mereka menghitung dari mana sumber bahan bakar berasal dan berapa nilai karbon yang dihasilkan," kata dia.

Fabby menilai, pemerintah Indonesia belum menggabungkan tingkat sustainaibility dalam kebijakan penggunaan biodiesel yang menggunakan FAME. "Karena (penggunaan biodiesel) tidak dimulai dari isu pemanasan global," kata dia.

Isu lingkungan penggunaan biodiesel

Penggunaan biofuel, termasuk biodiesel yang menggunakan bahan dasar FAME, pernah didorong Uni Eropa untuk mencapai tujuan pengurangan target karbon emisi. Namun, setelah temuan dampak negatif lingkungan, Uni Eropa mengerem laju penggunaan bahan bakar nabati.

(Baca juga: Belitan Masalah di Implementasi Program Biodiesel 20%)

Uni Eropa mengubah arah dengan mengurangi target penggunaan biofuel yakni 7% dari target awal 10% pada 2020. Terakhir, Uni Eropa membatasi penggunaan biofuel berbahan dasar sawit hingga 2030.

Salah satu ukuran melihat dampak iklim terhadap penggunaan biodiesel yakni perubahan penggunaan lahan tidak langsung atau indirect land use change atau ILUC. Perhitungan ILUC membuat biodiesel melepaskan emisi lebih banyak dibandingkan bahan bakar nabati lainnya. 

Permintaan biodiesel yang mendorong ekspansi lahan kelapa sawit dianggap memberikan efek negatif yang berlipat ganda pada peningkatan emisi karbon. Emisi karbon meningkat dari hutan alam yang diubah menjadi perkebunan dan rawa gambut yang dikeringkan hingga melepaskan karbon.

ILUC bahan bakar bakar nabati
Gas emisi karbon dari  aneka bahan bakar bakar nabati (Dok. ICCT)

Kepala Cabang Transportasi CARB, Sam Wade mengatakan, alasan ILUC membuat banyak negara lebih memilih untuk tidak menggunakan minyak sawit. Menurut catatan CARB, campuran FAME dalam biodiesel hanya digunakan 7,5% di negara bagian tersebut.

"Menggunakan minyak sawit berarti harus membersihkan hutan dan lahan gambut, dan melepaskan karbondioksida yang signifikan," kata Sam beberapa waktu lalu dalam kegiatan pertukaran pengetahuan dengan beberapa perwakilan institusi dari Indonesia, termasuk Katadata.  

Fabby menilai seharusnya memang pemerintah tak hanya menggantungkan biodiesel dari bahan baku yang berasal dari kelapa sawit. Dia mengusulkan pemerintah melakukan diversifikasi bahan baku biofuel yang lebih berkelanjutan.

Terdapat beberapa pilihan bahan baku biofuel, seperti sisa sampah perkebunan (selulosik), minyak goreng bekas mau pun mencari potensi dari bahan nabati lainnya. 

(Baca juga: Biodiesel dan Pariwisata Jadi Andalan Lawan Defisit Transaksi Berjalan)

Lembaga kajian International Council on Clean Transportation (ICCT) bekerja sama dengan Koaksi Indonesia merilis hasil riset yang menunjukkan besarnya potensi penggunaan minyak goreng bekas (Used Cooking Oil/UCO) sebagai bahan baku biofuel.

Peneliti ICCT Anastasia Kharina mengatakan beberapa riset menunjukkan UCO dapat menjadi alternatif biofuel yang lebih ramah lingkungan. Biodiesel yang diproduksi oleh UCO, mengandung 26 gram karbon dioksida, sementara bensin dan solar mencapai 100. 

Konsumsi minyak goreng di Indonesia sangat tinggi, namun hingga kini belum ada upaya sistematis mengumpulkan dan mengolah minyak bekas sebagai bahan baku biofuel. Potensi pengumpulan UCO di Indonesia sekitar 1,2 miliar liter biodiesel setiap tahun.

Penggunaan minyak goreng bekas sebagai bahan baku buofuel ini diperkirakan dapat menggantikan 45% dari konsumsi biodiesel sawit. Sehingga, penggunaan UCO diperkirakan dapat menghemat sekitar 6 juta ton karbon setara dioksida (CO2e) setiap tahun.

Beberapa perusahaan di berbagai negara telah menggunakan UCO dalam produk biofuel mereka, seperti Neste di Singapura dan SeQuential di Oregon, Amerika Serikat. Bukan hanya ramah lingkungan, biodiesel dari minyak goreng bekas ini menjanjikan bisnis yang menarik. 

Halaman:
Reporter: Anggita Rezki Amelia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement