Perombakan pimpinan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada Jumat pekan lalu (26/5), tidak menggoyahkan posisi Amien Sunaryadi sebagai kepala institusi tersebut. Meski bertahan karena disebut-sebut punya peran strategis, bukan berarti posisi Amien sudah aman dari pencopotan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan, perombakan pimpinan SKK Migas dengan masuknya lima wajah baru bertujuan mempercepat proses bisnis di sektor hulu migas. “Saya sudah bilang Pak Amien ini pimpinannya sudah diganti semua kecuali beliau, supaya cepat,” kata dia di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (30/5).
(Baca: Jonan Ganti Wakil Kepala dan Deputi SKK Migas, Amien Bertahan)
Keinginan mempercepat proses bisnis tersebut dilatari oleh informasi yang diterima Jonan selama ini bahwa pelayanan di Direktorat Jenderal Migas dan SKK Migas masih lambat. Artinya, sistem kerjanya kurang baik dan belum efektif.
Padahal, SKK Migas seharusnya menjadi mitra yang baik bagi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas. Lewat pelayanan yang baik dan cepat, investasi di sektor hulu migas bisa bangkit kembali sehingga dapat meningkatkan produksi dan cadangan migas.
Karena itu, Jonan berharap perombakan pimpinan SKK Migas dapat mempercepat proses bisnis di sektor hulu migas. Jika hal itu tidak juga terwujud, Jonan mengancam akan mencopot Amien. “Kalau masih lambat nanti termasuk Pak Amien (diganti). Jangan terlalu banyak rapat,” ujar dia.
Amien pun sebenarnya menginginkan pergantian pejabat di SKK Migas bisa membuat industri migas lebih efisien dan prosesnya cepat. Dengan begitu, biaya yang dikeluarkan untuk berusaha menjadi lebih rendah.
(Baca: Kedekatan Pimpinan Baru SKK Migas dengan Menteri dan Wamen ESDM)
Fokus lainnya adalah meningkatkan produksi migas. Hingga kuartal I lalu, poduksi siap jual (lifting) minyak baru mencapai 787.800 barel per hari (bph). Jumlahnya masih jauh di bawah target lifting dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar 815 ribu bph.
Spekulasi pergantian Kepala SKK Migas sebenarnya sudah merebak sepanjang hampir setahun terakhir. Pemicunya adalah pergantian Menteri ESDM Sudirman Said dalam perombakan kabinet (reshuffle) jilid II pada akhir Juli tahun lalu. Sedangkan Amien dikenal dekat dengan Sudirman.
Selain itu, Amien sebelumnya sempat berseberangan dengan Arcandra Tahar, Menteri ESDM pengganti Sudirman, saat pemilihan skema pengembangan Blok Masela. Namun, hingga Arcandra diberhentikan dan Ignasius Jonan menjabat Menteri ESDM, posisi Amien tetap aman.
Kabar pergantian Kepala SKK Migas kembali berhembus kencang pada pertengahan Mei lalu. Sumber Katadata di pemerintahan menyatakan, proses penilaian (assessment) pimpinan SKK Migas secara internal dimulai sejak 17 Mei lalu. Selain dari internal, penjaringan pimpinan baru juga dilakukan dari luar SKK Migas.
Proses tersebut sempat memunculkan setidaknya dua kandidat kuat Kepala SKK Migas, yaitu Wakil Kepala SKK Migas M.I. Zikrullah dan mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto. Berdasarkan informasi yang dihimpun Katadata, Presiden Joko Widodo memang menginginkan Dwi menempati kursi Kepala SKK Migas setelah dicopot sebagai Direktur Utama Pertamina pada Februari lalu.
Namun, rencana tersebut terganjal oleh faktor usia. Dalam Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2013 tentang penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu migas, batas usia Kepala SKK Migas adalah 60 tahun. Sementara Dwi kelahiran 10 November 1955 dan saat ini usianya menuju 62 tahun.
Ujung-ujungnya, Amien masih "selamat" dari perombakan pimpinan SKK Migas pada Jumat pekan lalu. Ada lima posisi pimpinan yang diganti dengan wajah-wajah baru dari luar SKK Migas. Pertama, Sukandar sebagai Wakil Kepala SKK Migas. Mantan Presiden Direktur PT Krakatau Steel Tbk ini pernah berkarier di Citibank sehingga disebut-sebut dengan Jonan yang juga pernah bekerja di bank asing tersebut.
Kedua, Jaffee Arizon Suardin selaku Deputi Perencanaan. Ia merupakan orang dekat Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar. Ketiga, Arief Setiawan Handoko menjabat Sekretaris SKK Migas. Sebelumnya, Arief merupakan eksekutif di perusahaan migas asing, ConocoPhillips.
Keempat, Deputi Operasi Fatar Yani Abdurrahman, yang pernah menjadi Operations Manager di Petronas Carigali. Kelima, M. Atok Urrahman sebagai Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas, yang sebelumnya menjadi staf ahli di Komisi Pengawas SKK Migas.
Staf Khusus Menteri ESDM Hadi M. Djuraid mengatakan, pemilihan lima pimpinan baru SKK Migas ini melalui proses seleksi sejak beberapa bulan lalu. Ada yang diundang oleh Kementerian ESDM dan mendaftarkan diri. Proses penilaiannya juga melibatkan tenaga akademisi seperti dari Universitas Indonesia (UI).
Adapun, pemilihan pejabat SKK Migas itu berasal dari eksternal karena dinilai mampu melakukan percepatan dan efisiensi di SKK Migas. "Juga ini bagian dari regenerasi, kami harap mereka bisa tangani itu," katanya.
(Baca: Kepala SKK Migas Tak Diganti, Arcandra Sebut Alasan "Strategi")
Namun, tak ada penjelasan dari Kementerian ESDM mengenai alasan tidak tersentuhnya Amien dalam momen perombakan tersebut. Arcandra hanya menyebut, pemerintah tidak mencopot Amien karena memiliki strategi. Sayangnya, dia tidak mau menjabarkan detail strategi tersebut. “Ada strategi. Yang sementara, kami rasa itu dulu (pimpinan SKK Migas yang diganti),” katanya, Senin lalu (29/5).
Arcandra juga belum mau menyebutkan rencana waktu pergantian Kepala SKK Migas. “Ya sudah lah itu yang ada dulu nikmati (pimpinan baru SKK Migas)."
Menurut dia, perombakan pimpinan SKK Migas bertujuan memperbaiki kinerjanya. Selain itu, program yang sudah direncanakan bisa dieksekusi dengan baik. Pemerintah juga merasa butuh darah semangat baru dengan orang-orang baru.
Salah satu target yang harus dilaksanakan pimpinan baru tersebut adalah penggantian biaya operasi (cost recovery) bisa berkurang dan bisa mempertahankan produksi. Bahkan, kalau bisa produksi migas meningkat.
Sumber Katadata menyebutkan, keinginan pemerintah menekan cost recovery dan menjaga penerimaan negara dari sektor hulu migas memang menjadi pertimbangan untuk mempertahankan Amien sebagai Kepala SKK Migas. Apalagi, dia memiliki latar belakang akuntan dan pernah menjadi Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Jadi, tidak ada pergantian Kepala SKK Migas dalam waktu dekat ini," kata sumber tersebut, Kamis lalu (30/5).
Pengamat migas dan Dosen Universitas Gadjah Mada Fahmi Radi juga mengamini alasan tersebut. Dengan latar belakang akuntan dan KPK tersebut, Amien layak dipertahankan. Sistem pengawasan dan prinsip pencegahan korupsi yang dikembangkan di KPK sangat penting diterapkan di SKK Migas.
(Baca: Divonis Tidak Wajar, Kepala SKK Migas Ungkap Kekeliruan Audit BPK)
Sistem pengawasan ini untuk mencegah pemburu rente. Apalagi, mantan Kepala SKK Migas yang terdahulu seperti Rudi Rubiandini tersangkut kasus suap. “SKK Migas selama ini dikenal sebagai sarang mafia migas. Prinsip pencegahan korupsi yang dikembangkan di KPK sangat penting diterapkan di SKK Migas,” ujar Fahmi kepada Katadata, Rabu (30/5).
Namun, mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas ini juga menyoroti kinerja SKK Migas cenderung turun selama kepemimpinan Amien. Indikatornya adalah produksi yang tidak tercapai dan peningkatan cost recovery.
Menurut Fahmi, hal tersebut tidak lepas dari minimnya rekam jejak Amien di sektor migas. Amien merupakan alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), yang kemudian melanjutkan studi Administrasi Bisnis di Georgia State University.