Pria yang akrab disapa Buwas ini juga mengungkapkan, sebenarnya, pengajuan impor gula minimal 20 ribu ton sudah dilakukan sejak awal 2020. Namun, perusahaan tak kunjung mendapat izin. Memasuki Ramadan, harga gula di pasaran kian mahal.

Terlambat Impor Gula

Sejak tahun lalu, pemerintah sebenarnya telah mengantisipasi adanya kebutuhan gula impor untuk konsumsi masyarakat pada paruh pertama 2020. Rapat Koordinasi Kementerian Koordinator Perekonomian pun merekomendasikan untuk menambah pasokan gula impor sebanyak 1,071 juta ton mulai Oktober 2019.

Bagaimanapun, Kementerian Perdagangan hanya mengeluarkan izin impor sebanyak 252 ribu ton pada kuartal keempat tahun lalu. Kemudian, izin impor 231 ribu ton gula mentah kembali dikeluarkan dalam periode Januari-April 2020.

Artinya, sejak Oktober 2019-April 2020, Kementerian Perdagangan baru mengeluarkan izin impor sebanyak 483 ribu ton atau 45,1 % dari yang direkomendasikan oleh hasil Rapat Koordinasi Kementerian Koordinator Perekonomian. Itu pun hanya 343,5 ribu ton atau 32,1 % yang terealisasi.

STOK GULA UNTUK STABILISASI HARGA
STOK GULA UNTUK STABILISASI HARGA (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/wsj.)

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Indrasari Wisnu Wardhana menyatakan, belum maksimalnya realisasi impor gula mentah oleh pabrik-pabrik yang mendapat izin adalah karena terjadinya pandemi Covid-19 di beberapa negara asal impor seperti India, Thailand, dan Australia.

“Negara-negara tersebut menerapkan lockdown dalam menekan penyebaran corona sehingga mengakibatkan terhambatnya logistik dan transportasi kapal pengangkut,” ujarnya.

Menurut Wisnu, produksi gula dalam negeri tahun 2019 memang tidak sesuai dengan perkiraan. Akibatnya hasil produksi dalam negeri yang seharusnya cukup sampai Maret 2020 ternyata hanya cukup sampai Februari 2020.

Hal ini ditandai dengan mulai naiknya harga gula di tingkat konsumen. Kedua, bergesernya musim giling tebu yang umumnya dimulai April mundur menjadi akhir Juni dan kemungkinan adanya penurunan produksi gula dalam negeri akibat perubahan iklim.

Harga gula pun semakin tinggi saat kebutuhan masyarakat naik menjelang Lebaran. Pada puncaknya, harga gula sempat mencapai Rp 20 ribu per kilogram di beberapa daerah.

(Baca: Kemendag Bongkar Modus Distributor Nakal yang Buat Harga Gula Melonjak)

Tak cukup waktu untuk mengimpor gula mentah, Kementerian Perdagangan kemudian menugaskan Perum Bulog dan PT Rajawali Nusantara Indonesia untuk mengimpor masing-masing 50 ribu ton gula kristal putih. Gula siap konsumsi dari kedua BUMN itulah yang kemudian digunakan dalam operasi pasar di berbagai daerah.

Operasi Pasar untuk Meredakan Harga Gula

Kementerian Perdagangan menggelar operasi pasar di berbagai daerah melalui kerja sama dengan produsen dan distributor gula. Operasi Pasar ini dilakukan secara serentak di 34 provinsi mulai Minggu ke 3 bulan Mei 2020 dan akan dilakukan setiap hari.

Masalahnya, realisasi impor oleh Bulog pun dianggap terlambat karena India sebagai negara Pemasok telah memberlakukan lockdown untuk membendung penularan virus corona. Akibatnya, Bulog baru mampu mendatangkan 21.800 ton gula pada 5 Mei lalu. Sedangkan sisanya sebesar 28.200 ton baru akan tiba pada bulan ini.

(Baca: Pandemi dan Disrupsi Perdagangan Internasional)

Target untuk menurunkan harga gula sebelum hari raya pun meleset. Namun, pemerintah masih berupaya untuk menurunkan harga gula hingga Rp 12.500 per kilogram, sesuai harga eceran tertinggi. “Operasi pasar gula akan terus dilakukan,” kata Menteri Perdagangan Agus.

Di pihak lain, Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat meminta Kementerian Perdagangan untuk tetap melihat neraca kebutuhan dan pasokan gula. Di antaranya, termasuk kuota impor yang belum terealisasi.

Menurutnya, jika industri kekurangan bahan baku berupa gula mentah sedangkan musim giling tebu belum tiba, bisa saja harga gula kembali naik. “Ini perlu diantisipasi,” kata Budi Hidayat.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement