Ke-10 negara tersebut adalah Brasil, Argentina, Meksiko, Ekuador, Chili, Peru, Haiti, Kolumbia, Panama, dan Republik Dominika. Ekspor Indonesia ke Brasil, Peru, Haiti, Chili, dan Kolumbia bahkan naik di atas 100 %.

Brasil masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar pada Januari-Agustus dengan nilai US$1,01 miliar, atau naik 175% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Namun, secara keseluruhan, Indonesia masih membukukan defisit terhadap ke-10 negara tersebut karena tingginya impor.

Impor dari ke-10 negara tersebut menembus US$ 3,71 miliar, naik 6,24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, defisit dengan ke-10 negara tersebut mencapai US$ 966,3 juta.

Dalam kawasan Amerika Latin-Karibia, setidaknya ada 33 negara dalam kawasan tersebut yang terbagi dalam beberapa komunitas seperti aliansi Pasifik hingga Karibia.

Di antara 33 negara kawasan Amerika Latin-Karibia, Indonesia telah memiliki Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Chili yang sudah berlaku efektif sejak 2019. Indonesia tengah menjajaki perjanjian perdagangan dengan organisasi regional dalam kawasan Amerika Latin-Karibia.

Di antaranya adalah CARICOM (Carribean Community) yang beranggotakan 15 negara dengan total populasi 19 juta orang seperti Jamaika, Haiti, dan Bahama.

Ada juga Aliansi Pasifik yang beranggotakan empat negara seperti Chili, Kolombia, Meksiko, dan Peru. Organisasi SICA (Central American Integration System) yang beranggotakan delapan negara seperti Guetemala, Panama, dan Kostarika.

Serta yang terbesar adalah MERCOSUR beranggotakan empat negara seperti Argentina, Brasil, Uruguay, dan Paraguay. Organisasi ini mencakup populasi sekitar 270 juta dengan total PDB mencapai US$2,3 triliun.

Secara bilateral, Indonesia juga tengah menjajaki perjanjian perdagangan dengan Kolombia, Ekuadaror, dan Peru.

Ni Made Martini, Direktur Perundingan Bilateral pada Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, mengatakan Indonesia memilih menyelesaikan CEPA dengan Chili karena sejumlah alasan. Chili merupakan hub dan berbatasan langsung dengan Peru, Bolivia, Argentina. Negara tersebut juga telah memilki 29 perjanjian perdagangan bebas dengan 65 negara.

"Chili merupakan negara yang memiliki 50 pelabuhan dan menjadi hotspot bagi perdagangan internasional, tarif bea masuknya relatif rendah sebesar 6%, serta memiliki pemerintahan yang stabil," tutur Ni Made, dalam webinar bertajuk Menembus Pasar Amerika Latin dan Karibia.

Kawasan Amerika Latin-Karibia
Kawasan Amerika Latin-Karibia (Kementerian Luar Negeri)
 





I Gede Ngurah mengatakan komoditas ekspor andalan Indonesia ke kawasan Amerika Latin-Karibia di antaranya minyak kelapa sawit, kain katun, margarin, mobil bermotor dan bagiannya, sabun, toiletries, udang dan udang beku.

Untuk Meksiko, ekpor komoditas yang terus meningkat adalah mobil bermotor, sepatu olah raga, dan peralatan penerimaan televisi. Sementara ekspor ke Chili didominiasi alas kaki dan rumput laut. Dan produk andalan ekspor ke Peru yakni mobil bermotor, alas kaki, dan kertas sementara ke Kolombia benang dan alas kaki.

Produk ekspor andalan Indonesia ke kawasan Amerika Latin-Karibia
Produk ekspor andalan Indonesia ke kawasan Amerika Latin-Karibia (Kementerian Luar Negeri)
 



Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Firman Bakri, mengatakan permintaan alas kaki di Amerika Latin-Karibia masih cukup tinggi. "Cina sebagai eksportir terbesar mengalami penurunan dan menghadapi anti damping di sejumlah negara Amerika Latin," kata Firman, pada sebuah webinar mengenai Menembus Pasar Amerika Latin dan Karibia.

Di sisi lain, Vietnam yang juga pesaing terberat Indonesia juga terhambat oleh lockdown yang ketat sehingga ekspor mereka terganggu. Salah satu perusahaan sepatu dan alas kaki yang tengah menjajaki ekspor ke kawasan Amerika Latin-Karibia adalah Ardiles.

Firman menambahkan ekspor alas kaki ke Amerika Latin-Karibia baru mencapai 6% dari total ekspor alas kaki Indonesia pada tahun 2019. Tujuan terbesar ekspor alas kaki Indonesia di kawasan Amerika Latin-Karibia adalah Meksiko, Cile, Panama, Peru, dan Argentina.

Ni Made Martini mengatakan ada beberapa tantangan dalam peningkatan ekspor ke Chili dan negara lain di kawasan Amerika Latin-Karibia. Di antaranya adalah bahasa, gaya berkomunikasi, keputusan bisnis ditentukan secara hierarkis, pertemuan face to face untuk membangun kepercayaan, pentingnya menyediakan informasi produk secara lengkap.

Persoalan lain adalah mahalnya biaya shipment dan lama, adanya minimum order quantity, serta metode pembayaran di mana.

 Selain akas kaki, I Gede Ngurah mengatakan ada sejumlah produk yang bisa digenjot ekspornya ke kawasan Amerika Latin-Karibia seperti produk makanan olahan, suku cadang, pupuk, gula, tebu, kakao, dan sepeda.

"Obat-obatan juga berpotensi besar. Masker yang dibuat kita dengan kualitas sama harganya lebih murah dibandingkan dengan negara lain. Saya kira Amlatkar masih membutuhkannya," tuturnya, pekan lalu.

Antonio Carricarte, Presiden Kamar Dagang Kuba, mengundang pengusaha Indonesia untuk mengekspor produk makanan olahan serta obat-obatan mengingat negara tersebut mengimpor produk tersebut dalam jumlah yang sangat besar per tahunnya.

Menurut data kementerian Perdagangan, ekspor ke Kuba pada Januari-Agustus baru menyentuh US$10,09 juta. Angka tersebut melonjak 175,8 % dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni US$3,66 juta. "Ada banyak produk olahan yang bisa diekspor seperti makanan olahan, daging, susu, dan keju," kata dia.

Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri I Gede Ngurah Swajaya
Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri I Gede Ngurah Swajaya (Kementerian Luar Negeri)



Untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke kawasan Amerika Latin-Karibia, pemerintah telah menggelar pertemuan tahunan INA-LAC.  Even tahunan tersebut sudah berjalan selama tiga tahun terakhir. 

Indonesia juga akan mempercepat perjanjian perdagangan dengan organisasi regional di kawasan Amerika Latin-Karibia serta bilateral. Menteri Perdagangan M. Lutfi pada saat pembukaan INA-LAC 2021, pekan lalu, mengatakan hubungan dagang antara Indonesia dan kawasan Amerika Latin-Karibia harus seimbang. 

“Saya yakin untuk meningkatkan kinerja perdagangan antar negara kita tidak hanya harus menjual banyak tetapi juga membeli banyak barang,” kata Lutfi, Kamis (14/10).

Indonesia bisa menawarkan sejumlah produk unggulannya mulai dari makanan olahan hingga barang setengah jadi.  Di sisi lain,  Indonesia bisa membeli produk dari kawasan Amerika Latin-Karibia seperti produk pertanian.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement