“Kalau target kami itu elektabilitas 35%, Insya Allah bisa tercapai,” ujar Rommy. 

Dalam riset internal lainnya, TPN menemukan elektabilitas Ganjar sudah menyentuh angka 37%. Adapun pasangan lainnya, Prabowo -Gibran berada di tingkat 41,1%, sementara Anies - Muhaimin di angka 21,7%. Menurut Rommy survei itu menggunakan metode yang membuat berbeda dibanding survei pada umumnya. 

“Kalau (survei internal) yang dibilang Andi 37% itu hasil triangulasi. Tapi kami yakin angka 35% tercapai dan kami masuk putaran kedua,” ujar Rommy pada Katadata. 

Dalam survei triangulasi, TPN tidak hanya berbasis pada jajak pendapat tetapi juga melalui diskusi kelompok terpumpun atau FGD. Tim juga menganalisis percakapan dan sentimen di media sosial. Metode yang sama telah dilakukan pada saat pemilihan kepala daerah Jawa Tengah dan dinilai berhasil.  Salah satu 'jualan' Ganjar - Mahfud adalah keberpihakan pada 'wong cilik' dan pemberantasan korupsi. 

Sementara itu  Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan penentuan utama pemenang pilpres bukan wilayah partai. Ia menyebut, masyarakatlah yang memiliki daulat dalam pilpres.

"Satu putaran atau dua putaran itu rakyat yang menentukan bukan ketua tim kampanye Prabowo-Gibran," ujar Hasto. 

Di tengah ketatnya dinamika jelang pilpres, Prabowo mendapat tantangan baru setelah kubu Anies dan Ganjar menunjukkan kode untuk berkoalisi. Meski masih dari sudut berbeda, kedua kubu satu suara mengadang Prabowo - Gibran menang mudah satu putaran. Bahkan belakangan berkembang wacana kedua kubu akan bersatu bila pilpres dua putaran. 

Pekan lalu saat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mengusung Ganjar - Mahfud merayakan HUT ke-51, Anies dan Muhaimin kompak menyampaikan ucapan selamat. Anies bahkan memuji Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai sosok penjaga demokrasi. 

Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengakui bahwa kubu pasangan calon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan kubu nomor urut 3 Ganjar-Mahfud telah menjalin komunikasi secara formal dan informal. Meski begitu, ia menyebut keputusan untuk melebur antara Anies dan Ganjar akan dipikirkan setelah hari pemungutan suara Pilpres 2024. 

"Kami lakukan bagaimana nantinya setelah 14 Februari. Membangun bangsa itu harus bersama-sama tidak mungkin sendirian," ujar Puan.

HUT ke-51 PDI Perjuangan
HUT ke-51 PDI Perjuangan (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.)

Potensi Satu Putaran Kian Berat 

Sepintas, elektabilitas Prabowo - Gibran sejauh ini memang masih unggul dibanding pasangan lain. Sejumlah lembaga survei menunjukkan elektabilitas menteri pertahanan yang berduet dengan putra Presiden Joko Widodo itu berada di kisaran 40%. Namun, pasangan itu diyakini tak akan bisa menang dalam satu putaran. Tingkat elektabilitas pasangan tersebut berada di kisaran 43-46%.

Meski begitu, torehan tersebut memunculkan peluang pilpres untuk lanjut ke putaran dua karena tidak ada pasangan calon yang punya elektabilitas lebih dari 50% sekaligus berpotensi menggugurkan ambisi pasangan Prabowo-Gibran untuk menang satu putaran.

Perbandingan elektabilitas capres
Perbandingan elektabilitas capres (Katadata)
 
 

Sebagai contoh, hasil sigi Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang dirilis pada 27 Desember menunjukkan tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran ada di angka 43,7%. Sementara pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ada di posisi kedua dengan 26,1% dan pasangan Ganjar Prabowo-Mahfud MD di urutan ketiga dengan 19,4%. Meski begitu masih ada total 10,9 % pemilih yang belum diketahui pilihannya. 

Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Nicky Fahrizal, memproyeksikan Pilpres 2024 akan berjalan dalam dua putaran. Menurut Nicky konstelasi politik hari ini masih sangat dinamis sehingga suara para capres dan cawapres masih bergerak turun naik. 

"Kami melihat kemungkinan besar pilpres akan berlangsung dua putaran, karena temuan sejumlah hasil survei saat ini menunjukkan pasangan Prabowo-Gibran belum menyentuh angka 50%," kata Nicky kepada Katadata. 

Dia menganggap, ada dua hal utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat dalam mengisi pilihan survei. Hal pertama berkaitan dengan sentimen masyarakat usai debat capres dan strategi masing-masing partai pengusung capres cawapres. Apalagi saat ini masih ada dua kali lagi debat sebelum pemilihan  yang terdiri dari sekali debat capres dan sekali debat cawapres. Menurut Nicky pemilih bisa saja masih wait and see menanti hasil debat. 

Kepuasan Capres di Debat Pilpres
Kepuasan Capres di Debat Pilpres (Katadata / Lambok Hutabarat)



"Seperti penampilan Prabowo saat debat capres ketiga yang dinilai terpancing emosi dan kurang memberikan penjelasan secara substansial, itu bisa menjadi sorotan publik," ujar Nicky.

Nicky menambahkan, strategi kampanye dari tiap-tiap partai pendukung juga berdampak pada tingkat elektabilitas kandidat capres cawapres. Selain pencoblosan pemilihan presiden, momen 14 Februari juga menjadi ajang pemilihan legislatif DPR, DPRD dan DPD. Karena itu performa para calon legislatif dalam mempromosikan pasangan capres cawapres jelang pemilu juga berimplikasi pada elektabilitas capres cawapres tersebut.

"Makin efektif kerja mereka di lapangan untuk mencari suara dan menyosialisasikan pasangan masing-masing itu akan membuat naik elektabilitas capres cawapres yang mereka usung," ujarnya. "Jadi bergantung pada efektivitas partai pendukung dan kinerja tim penenangan."

Penampilan para capres dan cawapres memang menjadi salah satu yang menjadi perhatian pemilih dalam menentukan sikap. Survei yang digelar Litbang Kompas menunjukkan masih ada 22,5% pemilih yang belum punya ketetapan hati soal siapa capres yang akan dipilih. 

Persepsi responden atas debat capres
Persepsi responden atas debat capres (Katadata / Lambok Hutabarat)



Narasi serupa juga dikatakan oleh Pakar komunikasi politik Universitas Padjajaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo. Dia menyebut potensi pilpres 1 putaran cenderung sulit tercapai, terlebih usai penampilan Prabowo saat debat ketiga pada 7 Januari lalu. Menurut Kunto, sosok Prabowo sebagai mantan prajurit sekaligus Menteri Pertahanan memicu ekspektasi masyarakat yang tinggi dan melihat Prabowo sebagai figur yang akan menguasai jalannya debat.

Namun, seiring berjalannya waktu ekspektasi itu kian luntur oleh penampilan Anies dan Ganjar sebagai kuda hitam dalam ajang sawala bertema pertahanan dan geopolitik tersebut. Menurut Kunto, penampilan Prabowo yang cenderung terbawa emosi saat debat ketiga juga berpotensi mengubah persepsi masyarakat terkait citra gemoy yang kerap dikampanyekan oleh tim pemenangan.

"Branding gemoy berhasil mendongkrak di awal, namun usai debat ketiga seperti luntur. Sehingga persepsi pemilih mempertanyakan gimik gemoy itu. Sulit untuk rebranding ulang lagi," kata Kunto. 

Halaman:
Reporter: Ade Rosman, Muhamad Fajar Riyandanu, Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement