Peluncuran Satelit Merah Putih 2 milik PT Telkom di Florida, AS
Peluncuran Satelit Merah Putih 2 milik PT Telkom di Florida, AS (Katadata | Metta Dharmasaputra)

Sejak 2010 tercatat margin laba (Ebitda) industri telekomunikasi dunia terus merosot Hal ini seiring dengan tingkat pertumbuhan pendapatan bisnis layanan mobile yang relatif kian terbatas, bahkan minus satu persen per tahun. Juga tingkat pengembalian modal investasi (ROIC) yang terus menyusut.

Belum lagi kapitalisasi pasar dari perusahaan-perusahaan telekomunikasi global yang kian tergerus oleh perusahaan-perusahaan teknologi raksasa dunia. Sementara, kebutuhan investasi atau belanja modal (capex) kian bengkak, yakni naik tiga persen per tahun, seiring dengan ledakan kebutuhan data.

Oleh karena itu, Telkom sudah sejak pertengahan 2022 mencanangkan lima langkah inisiatif (five bold moves) untuk menggenjot mesin pertumbuhannya. Langkah strategis ini dipandang perlu, mengingat seperti disampaikan Ririek dalam sejumlah kesempatan, Telkom dituntut tidak hanya menghasilkan pertumbuhan dividen, tapi juga meningkatkan valuasi perusahaan.

INFOGRAFIK: Satelit Merah Putih 2 di Atas Bumi Kalimantan
INFOGRAFIK: Satelit Merah Putih 2 di Atas Bumi Kalimantan (Katadata/ Amosella)

Program Konektivitas Digital 

Dalam konteks itu, keberadaan satelit broadband Merah Putih-2, dapat menjadi akselerator transformasi bisnis Telkom, khususnya yang terkait dengan program konektivitas digital. Salah satunya melalui strategi fixed mobile convergence (FMC), yang mengintegrasikan bisnis layanan saluran tetap (fixed) dan bergerak (mobile).

Dalam hal ini, keberadaan Satelit Merah Putih-2 diharapkan dapat memperluas basis layanan mobile broadband atau layanan internet yang berasal dari jaringan seluler di berbagai wilayah nusantara.

Dengan demografi Indonesia yang terdiri dari 17 ribu pulau, tak semua area memang mudah dijangkau. Infrastruktur kabel optik (fiber optic) dan jaringan telepon tetap nirkabel (fixed wireless access) memiliki daya jangkau terbatas. Karena itu, dibutuhkan satelit yang dapat menjangkau daerah terpencil.

“Telkom meyakini, pemerataan akses informasi dapat mengakselerasi digitalisasi masyarakat di berbagai aspek,” kata Ririek.

Peluncuran Satelit Merah Putih 2 milik PT Telkom di Florida, AS
Peluncuran Satelit Merah Putih 2 milik PT Telkom di Florida, AS (Katadata | Metta Dharmasaputra)

Keberadaan Satelit Merah Putih-2 juga sejalan dengan strategi Telkom yang tengah mengoptimalkan potensi dan meningkatkan valuasi infrastruktur telekomunikasi yang dimiliknya. Melalui pembentukan InfraCo, infrastruktur telekomunikasi Telkom tidak lagi hanya untuk kepentingan internal grup, juga dapat dimanfaatkan perusahaan atau industri lainnya.

Satelit Merah Putih-2 dalam juga bisa dimanfaatkan oleh para operator seluler dan VSAT (stasiun penerima sinyal dari satelit). Meskipun, berbeda dari satelit sebelumnya yang lebih ditujukan untuk kepentingan komunikasi atau suara, Merah Putih-2 lebih ditujukan untuk perluasan konektivitas broadband, khususnya data.

Sehubungan dengan itu, sebagian besar kapasitas satelit ini akan digunakan sebagai backhaul atau transmisi sinyal data. Ini berarti yang akan menjadi pelanggan utama Satelit Merah Putih-2 adalah para operator VSAT, selain dari kalangan industri lainnya seperti pertambangan.

Regulasi Bisnis Satelit

Total investasi Telkom untuk Satelit Merah Putih-2 mencapai sekitar Rp 3,5 triliun, dengan waktu pembuatan satelit dua tahun sejak 2021. Lukman optimistis prospek bisnisnya akan cerah, mengingat sudah cukup banyak pihak yang tertarik untuk menyewa. “Lima di antaranya sudah siap menandatangani kontrak dalam waktu dekat,” ujarnya.

Apalagi seperti diperkirakan Bogi, kebutuhan bandwith atau kapasitas internet untuk pengiriman data, secara umum dari tahun ke tahun terus meningkat hampir dua kali lipat. Hal ini dipicu oleh pertumbuhan layanan Over The Top (OTT) alias tayangan konten via internet yang terus meningkat.

Peluncuran Satelit Merah Putih 2 milik PT Telkom di Florida, AS
Peluncuran Satelit Merah Putih 2 milik PT Telkom di Florida, AS (Katadata | Metta Dharmasaputra)

Faktanya, kata Bogi mencontohkan, untuk layanan broadband satelit Satria, awalnya untuk satu titik, kecepatan internetnya hanya dua mbps. Tapi dalam waktu kurang dari setahun, sudah meningkat menjadi 8 mbps. Bahkan sekarang sudah naik menjadi 16 mbps. “Sehingga mau tidak mau, satelit harus mengambil porsi di dalam pemerataan digital di Indonesia.”

Bisnis satelit ini diperkirakan semakin riuh dan kompetitif. Salah satu tantangan yang perlu diwaspadai oleh para operator seluler termasuk Telkom yakni keberadaan Starlink.  Perusahaan penyedia layanan internet berbasis satelit ini milik Elon Musk, yang dikabarkan akan masuk ke kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Starlink dan Merah Putih memang berbeda posisinya. Merah Putih-2 berada di orbit GEO (Geostationary Earth Orbit) artinya 36 ribu km di atas permukaan laut, sedangkan Starlink di LEO (Low Earth Orbit) di kisaran 400 km di atas permukaan laut.

Dengan perbedaan lokasi itu, waktu tempuh atau latensi perjalanan sinyal Starlink lebih cepat ketimbang Satelit Merah Putih-2. Meski begitu, biayanya lebih mahal. Karena itu, Ririek mengatakan masing-masing memiliki segmen pasar tersendiri. “Tergantung pelanggan butuh yang mana?” ujarnya.

Meski begitu, ia mengingatkan kehadiran satelit LEO ini perlu diwaspadai. Mengingat, kemampuannya menyediakan layanan secara langsung dari satelit ke telepon seluler, tanpa melalui operator telekomunikasi. “Ancaman bagi kita, bisa di by-pass dari handphone langsung ke satelit LEO, lalu ke tempat lain di luar Indonesia,” ujarnya. “Saya rasa itu perlu diantisipai.”

Dalam hal ini, Ririek pun mewanti-wanti, yang perlu diperhatikan pemerintah tidak hanya menyangkut aspek bisnis. Tapi juga aspek regulasi. “Karena ini menyangkut kedaulatan negara.”

Halaman:
Reporter: Metta Dharmasaputra
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement