Prof. M. Ikhsan: Pajak Kendaraan Bukan Solusi Masalah BBM

Image title
Oleh
4 September 2014, 17:24
No image
KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin

Upaya pengenaan pajak kendaraan yang tinggi ini juga pernah dicoba di Singapura.

Di Singapura seperti apa?

Pajak kendaraan yang tinggi ini seperti dilakukan di Eropa dan Jepang, yaitu conjunction tax. Semakin tua usia kendaraan, tarif pajaknya pun semakin tinggi. Bahkan bahan bakarnya pun dikenakan pajak lagi sampai dua kali lipat.

Awalnya Singapura menerapakan kebijakan ini, untuk mengurangi minat orang membeli kendaraan. Saat itu, penjualan mobil baru memang turun, tapi volume kendaraan di jalan malah meningkat. Akibatnya kemacetan di Singapura bertambah tinggi. Niatnya mengurangi volume lalu lintas, PKB yang tinggi malah membuat peningkatan penggunaan kendaraan dan tingkat kemacetan menjadi tinggi.

Apa yang kemudian dilakukan oleh Singapura?

Kebijakan pajak kendaraan tinggi ini kemudian diganti dengan Electronic Road Pricing (ERP). Kebijakan ini pada dasarnya sama dengan pengenaan biaya variabel. ERP ini lebih efektif dalam mengendalikan lalu lintas dan PKB di Singapura pun turun.

Kenaikan harga BBM bersubsidi dikhawatirkan berdampak besar terhadap inflasi...

Kekhawatiran ini sebenarnya dikarenakan penyebab inflasi, seperti buruknya infrastruktur, belum tersentuh. Sementara, infrastruktur yang buruk disebabkan oleh faktor pemerintah yang tidak punya uang, lantaran sebagian besar penerimaan dihabiskan untuk subsidi BBM. Kenaikan BBM bersubsidi akan menciptakan inflasi dalam jangka pendek, tapi akan menurunkannya dalam jangka panjang.

Bahkan, hasil penelitian saya menunjukkan adanya korelasi negatif antara harga BBM dan tingkat inflasi di suatu negara. Artinya tingginya inflasi lebih ditentukan oleh faktor lain dibandingkan variasi harga BBM di negara tertentu.

Inflasi itu lebih kepada penyesuaian harga. Kenaikan harga BBM biasanya dimanfaatkan oleh pelaku industri, seperti transportasi, sebagai momentum dan alasan untuk menaikkan harga. Karena sudah beberapa tahun tarif transportasi tidak naik. Kalau harga-harga itu disesuaikan sebelum menaikkan harga BBM, inflasinya tidak terlalu besar.

Kenaikan harga pada kenyataannya juga tidak bisa menekan konsumsi BBM...

Waktu 2005 (saat pemerintah menaikkan harga BBM hingga 147,5 persen) memang dikemukakan argumen itu (kenaikan harga bisa mengerem konsumsi). Tapi kenyataannya, konsumsi BBM tetap (meningkat). Ini dikarenakan pembelian atau demand untuk mobil tidak hanya ditentukan oleh variable cost, yaitu BBM, tapi juga dari pendapatan masyarakat. Dengan pendapatan yang meningkat, kemampuan masyarakat membeli mobil juga menjadi semakin besar.

Halaman:
Reporter: Redaksi
Editor: Arsip
    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...