Bangkitkan Pariwisata - Ekraf dengan Protokol Kesehatan dan Big Data

Image title
31 Januari 2021, 09:00
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno
Katadata
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (Ilustrasi: Joshua Siringo-Ringo)

Pertama, UMKM agar lebih berdampak kepada ekosistem di tiap destinasi wisata, produk yang harus lebih memberikan kemaslahatan,  serta bisa customize.  Sekarang event harus mengacu kepada protokol Covid-19, mungkin sport tourism, eco tourism, marine tourism, dengan konsep quality, sustainable, and smart tourism.

Jadi bukan hanya mengandalkan jumlah wisatawan yang berkunjung tapi bagaimana dampaknya terhadap kualitas. Upaya ini harus bisa dicapai dengan pemanfaatan big data.

Secara khusus, apa strategi yang akan digunakan untuk mengembangkan ekonomi kreatif ?

To be honest, waktu pariwisata digabung lagi dengan ekonomi kreatif, sebagian pelaku ekonomi kreatif khawatir 17 subsektor yang sudah tersusun di zaman Bekraf akan hilang dari prioritas. Saya di sini memastikan bahwa kami akan meningkatkan dengan pendekatan yang out of the box karena potensinya luar biasa dan kita juga punya talenta terbaik dunia.

Selain aspek inovasi dan adaptasi, kita juga harus kolaborasi. Saat ini sudah ada "Bangga Buatan Indonesia", tapi bulan depan kami akan luncurkan “Beli Kreatif Lokal”.

Bagaimana konsepnya ?

Kami sudah launching Bangga Buatan Indonesia dan Beli Kreatif Lokal yang Insya Allah bulan depan dijalankan di Danau Toba. Saya belajar dari teman yang menjalankannya bersama BRI kemarin, ternyata kolaborasi pelaku ekonomi kreatif UMKM dalam satu festival bisa menjual produk dengan nilai US$ 57 juta dan sebagian besar diekspor.

Ini satu hal yang menurut saya punya potensi sangat besar, dan penggunaan platform digital akan semakin vital dalam mengakselerasi program pelaku ekonomi kreatif.

Promosi pariwisata dan ekonomi kreatif ini juga akan terintegrasi sehingga tidak ada promosi pariwisata yang tidak  menyentuh ekonomi kreatif. Begitu kita datang atau memesan tiket itu sudah pakai produk ekonomi kreatif dan bisa terintegrasi sehingga site, sound, feel, taste dan semua indera perasa ini harus dipuaskan dengan produk ekonomi kreatif lokal.

Bila turis ke Danau Toba, kalau turun di airport harus ada penari dan musik Tor-tor, bukan hanya untuk menteri tapi semua harus diberikan layanan yang sama. Lalu produk fashionnya ulos, makanan yang mau dikembangkan ada Mie Gomak dan Roti Ganda.

Saya yakin langkah ke depan harus bersinggungan dengan lapangan pekerjaan untuk kesejahteraan masyarakat di parekraf dan khususnya milenial yang menjadi demografi utama.

Apakah keterbatasan penetrasi digital masih menghambat perkembangan pariwisata dan ekonomi kreatif ?

Saya enggak melihat ini tantangan, justru opportunity karena potensi ini akan diselesaikan oleh terobosan seperti edutech (education technology), dan lain sebagainya. Memang talenta SDM kita belum ready dan melek digital tapi kita punya platform seperti Ruangguru, Rumah Siap Kerja, macam-macam.

Mereka bisa digunakan karena konsep kami holistik karena kita harus menambah  kuantitas dan kualitas talenta digital untuk membuka lapangan kerja. Karena kalau bicara kreativitas, orang Indonesia itu kreatif.

Kedua, infrastruktur yang kita harus akui belum memadai dari segi coverage misalnya, di Pulau Rinca atau Wonosobo (Jawa Tengah). Saya langsung telepon BTS owner karena kalau lewat Kementerian akan memakan waktu untuk turun langsung ke bawah.

Jadi bagaimana para inovator dan kreator juga didukung oleh kebijakan dan program yang tepat, ini yang saya lihat jadi peluang sekaligus tantangan untuk menghadirkan solusi.

Dengan digitalisasi dan pengembangan lima destinasi super prioritas, berapa target kontribusi sektor ini ke PDB ?

Kami setiap hari harus lakukan re-modelling karena wisatawan mancanegara saja belum bisa masuk bulan ini. Tapi dengan adanya vaksin, 3T dengan protokol kesehatan yang lebih ketat dan disiplin, kami memproyeksikan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini jadi leading sektor perekonomian 15 sampai 20 tahun ke depan.

Sedangkan target perolehan devisa dari pariwisata dan ekonomi kreatif itu pada 2024 sebesar US$ 21,5 sampai US$ 23 miliar. Target ekspor dari ekonomi kreatif kita hampir US$ 20 miliar.

Apakah target tersebut akan tercapai dengan adanya pandemi ?

Kemarin kami sudah berbicara dengan INDEF untuk mencari cara melihat dari sisi teknokrasinya. Nah, target US$ 4,8 sampai US$ 8,5 miliar untuk 2021 ini harus kami tinjau ulang, tapi target nilai ekspor ekonomi kreatif kita sudah sampai di level US$ 17,5 miliar kalau dibandingkan dengan perkembangan ekonomi digital yang mencapai US$ 44 miliar.

Jadi kalau bicara mengenai kontribusi PDB, kontribusi lapangan kerja, saya melihat proyeksi kami di 2025 untuk sektor parekraf yang bersinggungan dengan digital ekonomi dengan potensi US$ 124 miliar ini di 2025 akan sangat besar. Teman-teman di Parekraf menargetkan 8-10 persen di 2030 sampai 2035 tapi saya challenge ada di angka 10 sampai 15 persen.

Jadi kapan wisatawan bisa bepergian dengan nyaman dan aman ke Labuan Bajo atau Bali ?

Sangat bergantung terhadap protokol kesehatan yang disiplin, vaksin, testing, tracing, dan treatment. Yang menurut saya menjadi kandidat paling besar adalah Bali karena dampaknya luar biasa, minus 12 persen dari pertumbuhan ekonomi.

Lalu Labuan Bajo karena relatif isolated, bisa menjadi kandidat travel bubble. Mudah-mudahan tidak terlalu lama lagi kita bisa melihat dua daerah ini kembali jadi daerah aman dan nyaman untuk kita kunjungi lagi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...