Keteguhan Pelaku Usaha Batik kala Dihantam Pandemi

Para pelaku usaha batik tak hanya teguh mempertahankan ciri khas motif batiknya. Mereka juga teguh dalam menghadapi guncangan dalam bisnisnya akibat pandemi Covid-19.
Shabrina Paramacitra
29 September 2022, 12:01
Para pelaku usaha batik tak hanya teguh mempertahankan ciri khas motif batiknya. Mereka juga teguh dalam menghadapi guncangan dalam bisnisnya akibat pandemi Covid-19.
Katadata
Maharani Setyawan (kanan), Sherlita Ayu (kiri)

“Jadi orang datang ke sini, ajak yang lain. Rombongan, ajak rombongan yang lain, akhirnya viral di media sosial. Begitu pandemi, langsung stop, tidak ada orang datang ke sini,” paparnya.

Hal itu kemudian memaksa Rani untuk merambah lokapasar digital (e-commerce). Dalam beberapa bulan, Rani langsung membantuk tim yang khusus memasarkan produk miliknya secara daring. Kini, seiring membaiknya kondisi pandemi, industri pariwisata di Solo mulai bergeliat. Penjualan Batik Prasojo pun kembali meningkat.

Sherlita pun sempat merasakan tantangan yang sama. Ia pernah mengalami penurunan omzet akibat pandemi, bahkan kuota produksi batik juga sempat kosong hingga beberapa bulan. Namun, di tengah kesulitannya itu, Sherlita tetap optimistis dan giat melakukan pemasaran. Kini, usaha batik miliknya sudah mulai meraup laba yang lebih baik, seiring pandemi yang mereda.

“Tidak ada yang semuanya instan, langsung bisa, meski ada jalannya. Semua orang harus berusaha,” ucap perempuan yang melakoni usaha di Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah (Jateng) itu.

Sehari-harinya, Sherlita mendistribusikan batik produksinya dengan mobil Mitsubishi Xpander. Mobil tersebut menemani kegiatan Sherlita dalam proses pengantaran batik ke lokasi pelanggan. Mitsubishi Xpander menjadi pilihan Sherlita karena mempunyai bagasi yang luas yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang penyimpanan batik-batik milik Sherlita.

Mobil ini juga menemani Sherlita melewati pandemi. Di tengah kondisi pagebluk, Mitsubishi Xpander mampu membantunya melakukan kegiatan sehari-hari. Sebab, meski lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, Sherlita tetap melakukan perjalanan ke lokasi rekanan usahanya di lingkup Jateng.

Beruntung, biaya perawatan Mitsubishi Xpander milik Sherlita tak mahal. Sebab, Sherlita mendapatkan fasilitas berupa biaya jasa servis dan suku cadang yang gratis hingga capaian jarak tempuh 50.000 kilometer (km). Ia juga mendapatkan fasilitas berupa satu kali penggantian kerusakan ban secara gratis.

Keluarga Rani pun menyukai mobil yang sama, sebab Mitsubishi Xpander nyaman dikendarai. Salah satu faktornya adalah pendingin ruangan (air conditoner/AC) di dalam kabin diatur secara digital, alias tidak lagi menggunakan tombol analog. Kemudian, ada tambahan sandaran tangan (arm rest) dengan pegangan gelas (cup holder) pada bagian konsol tengah.

Mitsubishi Xpander rutin digunakan suami Rani untuk berangkat ke kantor dan mengantar anak Rani beraktivitas. “Anakku paling suka nih,” tandas Rani.

Baik Rani maupun Sherlita, merasa, ujian bisnis batik yang dihadapi semasa pandemi adalah bagian dari petualangan hidup. Life’s adventure inilah yang membuat mereka tak goyah kala ditimpa cobaan. Terlebih Sherlita. Ia bersyukur bisa melewati pandemi bersama mobil kesayangannya, Mitsubishi Xpander. Ia berharap agar setiap pebisnis tetap berusaha dan yakin mampu mengatasi tantangan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...