Potret Hulu Migas Indonesia: Titik Nadir Investasi?
Laporan keuangan yang dipublikasikan sejumlah perusahaan minyak dan gas bumi (migas) menggambarkan sulitnya kegiatan bisnis di sektor migas sepanjang 2015. Perusahaan kini tak lagi bisa mendapatkan keuntungan tinggi seiring anjloknya harga minyak hingga 74 persen.
Padahal mereka sudah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan kinerja keuangannya. Di antaranya dengan pemotongan anggaran dan pengurangan kegiatan eksplorasi terutama pada eksplorasi di laut dalam (deep water).
Pengurangan kegiatan tersebut berdampak terhadap menurunnya pendapatan bisnis sektor hulu. Pendapatan Shell bahkan menurun hingga 87 persen dibanding tahun sebelumnya yang nilainya mencapai US$ 14,9 miliar. Pada 2015 Shell masih mampu membukukan laba bersih senilai US$ 1,9 miliar. Jumlah tersebut masih lebih baik dibandingkan British Petroleum yang merugi US$ 6,5 miliar.
Berdasarkan Bloomberg Index, kinerja laba sektor energi sepanjang 2015 turun 67 persen. Pengurangan laba bersih rata-rata yang dialami perusahaan migas menjadi penyebab kinerja laba sektor energi terburuk dibandingkan sektor lainnya.