Terpuruk Setelah 1998, tapi Bukan yang Terburuk
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 sebesar -2,07% (yoy). Kontraksi ekonomi tersebut terjadi karena krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
“Ini adalah pertama kalinya ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sejak krisis 1998," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Jumat (5/2). (Analisis Data: Ekonomi Dunia Menanggung Beban Covid-19)
Suhariyanto mengatakan, seluruh komponen pengeluaran yang membentuk produk domestik bruto (PDB) pada tahun lalu terkontraksi, kecuali konsumsi pemerintah. Secara rinci, konsumsi rumah tangga tumbuh -2,63%, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) -4,29%,.
Kemudian, pembentukan modal tetap bruto/investasi -2,95%, ekspor -7,7%, dan impor -14,71%. Adapun, konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar 1,94%. (Analisis Data: Simalakama Mitigasi Covid-19, Kesehatan atau Ekonomi?)
Indonesia tak sendirian mengalami kontraksi ekonomi. Sejumlah negara lain, khususnya di G-20, mengalami hal serupa sepanjang 2020. Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun lalu tercatat -3,5%, Rusia -3,1%, Korea Selatan -1%, Uni Eropa -6,4%.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi Jerman pada tahun lalu sebesar -5%, Prancis -8,3%, Meksiko -8,5%, dan italia -8,8%. Hanya Tiongkok yang ekonominya tumbuh 2,3% pada 2020.