Kecelakaan Beruntun, Transjakarta Minta Maaf dan Hentikan 229 Bus
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta, PT Transportasi Jakarta alias TransJakarta meminta maaf kepada masyarakat, terkait rentetan kecelakaan yang menimpa beberapa armada perusahaan jasa transportasi tersebut. Manajemen juga mengambil langkah preventif dengan menghentikan operasi dua operator bus.
"Saya atas nama Direksi PT TransJakarta mohon maaf terkait kecelakaan pada Kamis dan Jumat kemarin," kata Direktur Utama TransJakarta, Mochammad Yana Aditya saat konferensi pers di Jakarta Timur, Sabtu (4/12).
Saat ini, manajemen Transjakarta berupaya melakukan perbaikan termasuk melaksanakan audit menyeluruh dengan menggandeng Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Dia juga menjelaskan, audit akan meliputi aspek kondisi jalan dan lalu lintas, kondisi pengemudi dan kondisi berkendara, kemudian armada yang mencakup perawatan dan pemeliharaan. Tak hanya itu, manajemen juga akan melakukan pembenahan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Di sisi lain, manajemen TransJakarta juga mengambil langkah preventif dengan memberhentikan operasi kepada dua operator yang mengalami kecelakaan. Totalnya ada 229 unit, di mana 119 unit armada dari Steady Safe dan 110 unit dari Mayasari Bhakti.
Selama pemberhentian operasi, dua operator tersebut wajib memeriksa secara menyeluruh terhadap armada, meliputi rem, sistem kemudi, mesin dan sistem transmisi. Selain itu, pengecekan kesehatan fisik dan mental seluruh pramudi juga akan dilakukan. Itu dilanjutkan dengan perbaikan prosedur standar dalam berkendara.
Dengan penghentian sementara itu, pihaknya memastikan tidak mengganggu operasional karena akan merelokasi beberapa kendaraan.
"Kami memiliki cukup armada untuk melayani rute-rute, di mana operasi dua operator tadi agar tidak downgrade. Kami bisa melakukan relokasi beberapa kendaraan. Dalam hal ini kendaraan kendaraan bus yang ada sudah kami hitung, cukup," ujarnya.
Adapun rata-rata jumlah armada Transjakarta yang beroperasi per hari berkisar 3.500 unit, dengan menggandeng 17 mitra operator.
Sementara itu, meski terjadi insiden beruntun, BUMD DKI menyakini kalau masyarakat tetap percaya menggunakan TransJakarta. Apalagi, ke depan manajemen Transjakarta bakal menambah 10 % kamera pengawas (CCTV) untuk mengawasi lalu lintas dan aktivitas penumpang di 222 halte, menyusul 5 kecelakaan selama kurun waktu 40 hari terakhir.
"Rencananya 2022 kami akan menambah 10 % CCTV," ujarnya.
Jumlah CCTV di kawasan halte, belum termasuk kamera pengawas yang juga ada di dalam kabin bus untuk mengawasi kinerja sopir dan aktivitas penumpang. Seluruh CCTV di halte transit (BRT) maupun di dalam kabin bus terhubung langsung di Gedung Pusat Komando TransJakarta atau Operating Command Center (TJOCC).
Dari pusat komando itu, pihak Transjakarta dapat mengetahui apabila ada sopir yang bertindak ugal-ugalan atau melebihi kecepatan. Di mana, kecepatan maksimal untuk Transjakarta adalah 50 kilometer per jam.
"Setiap melebihi kecepatan ada peringatan supaya tidak melebihi kecepatan. Ini butuh kedisiplinan baik pengemudi dan kami untuk memantau sekian banyak peredaran bus," ujar Aditya.
Hingga Jumat kemarin, TransJakarta melayani sekitar 505 ribu per hari, yang termasuk salah satu capaian harian tertinggi. Dalam kurun waktu 40 hari setidaknya ada lima kecelakaan yakni di Halte Cawang, Jakarta Timur yang menyebabkan dua orang tewas, yakni sopir dan penumpang bus TransJakarta.
Selain di Cawang, juga ada insiden bus terbakar di Senen, Jakarta Pusat dan kecelakaan tunggal di Gandaria, Jakarta Selatan dan yang terbaru pada Kamis di depan Pusat Grosir Cililitan (PGC) dan kecelakaan tunggal di dekat Halte Bundaran Senayan Jakarta. pada Jumat kemarin.