Kartini - Kartini Masa Kini, Penjaga Gawang Ekonomi Tanah Air

Amelia Yesidora
21 April 2022, 18:16
Kartini, ekonomi, sri mulyani, ekonopedia, profil tokoh
Arief Kamaludin|KATADATA

Momentum perayaan hari Kartini kembali menjadi pengingat bahwa kesetaraan gender perlu diterapkan di berbagai bidang, tak terkecuali ekonomi. Salah satu pahlawan perempuan Tanah Air, Raden Adjeng Kartini alias R.A Kartini ingin mengangkat derajat kaum perempuan melalui pendidikan dan kemandirian. Itu termasuk bagaimana cara perempuan menghadapi beragam masalah di bidang kesehatan, pangan, dan ekonomi pribadi dan keluarga.

Kartini muda yang merasa peran perempuan tak sekadar menjadi istri untuk mendampingi suami, kemudian giat belajar bahasa di Europe Lagere School, termasuk bahasa Belanda. Perempuan kelahiran Rembang Jepara, 21 April 1879 tersebut kemudian menulis surat kepada teman-temannya di Belanda, salah satunya Rosa Abendanon yang kemudian dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang untuk memberikan wawasan bagi kaum perempuan.

Peran Kartini dalam mengangkat emansipasi perempuan menjadikannya sebagai salah satu pahlawan Tanah Air. Jasanya tersebut pernah diabadikan sebagai gambar dalam uang pecahan Rp 5 tahun emisi 1953. Lembaran Rp 5 tersebut merupakan seri uang pertama yang diterbitkan Bank Indonesia atau BI, yang merupakan seri tokoh dan kebudayaan.

Kartini pun menjadi pahlawan perempuan pertama yang diabadikan melalui lembaran rupiah. Dilansir  dari laman resmi Bank Indonesia, uang seri Kartini tersebut digunakan selama sembilan tahun, sebelum ditarik oleh BI pada 1961. 

Berselang dua dekade, pada 1985 tokoh emansipasi wanita ini muncul lagi pada bagian depan uang kertas Rp 10.000 tahun emisi 1985. Tak berbeda dengan seri sebelumnya, lembaran uang Rp 10.000 bergambar Kartini tersebut ditarik sepuluh tahun setelah emisi, tepatnya pada 1995. 

Legasi perjuangan Kartini masih terus dijalankan oleh wanita-wanita Indonesia masa kini, salah satunya di bidang ekonomi. Berikut profil Kartini masa kini yang turut menjaga gawang perekonomian Tanah Air, berdasarkan rangkuman Katadata.

Sri Mulyani Indrawati 

KONFERENSI PERS PENUTUPAN 1ST FMCBG G20
KONFERENSI PERS PENUTUPAN 1ST FMCBG G20 (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL/rwa.)

Nama Menteri Keuangan perempuan satu ini cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Wanita yang kerap disapa Ani tersebut memiliki beragam pengalaman di sektor ekonomi, mulai dari bidang akademik hingga jabatan internasional.

Di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY, Sri Mulyani ditunjuk sebagai orang nomer satu di Kementerian Keuangan, menggantikan Jusuf Anwar pada 2005. Sebelumnya, dia juga menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional alias Bappenas.

Tiga tahun kemudian, Sri Mulyani didapuk menjadi Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menggantikan Boediono yang dilantik sebagai Gubernur BI.

Tak lama berselang, wanita kelahiran Bandar Lampung, 26 Agustus 1962 itu mendapat amanah untuk menjabat di lembaga keuangan global,  yakni Bank Dunia atau World Bank. Terhitung sejak 1 Juni 2010, Sri Mulyani resmi menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia menggantikan Juan Jose Daboub.

Saat itu, Sri Mulyani tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menempati jabatan tersebut di World Bank. 

Enam tahun bekerja di luar Tanah Air, Sri Mulyani dipanggil oleh pasangan Presiden dan Wakil Presiden RI, yakni Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk kembali ke Tanah Air. Ani kembali diminta untuk menjadi Menteri Keuangan RI, menggantikan Bambang Brodjonegoro. 

Diangkatnya Sri Mulyani seiring langkah Jokowi yang merombak kabinet atau reshuffle kabinet Jilid II pada Juli 2016. Ani menyanggupi panggilan tersebut, dan menjabat sebagai Menteri Keuangan hingga sekarang.

Sri Mulyani memegang gelar sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) tahun 1986. Awalnya, karier SMI dimulai di almamaternya sebagai seorang asisten pengajar, sejak 1985 hingga 1986. Ia juga aktif meneliti hingga terakhir memegang jabatan sebagai Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik UI dari 1996 hingga 1999. 

Ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di luar negeri, University of Illinois Urbana Champaign, Amerika Serikat. Lulus tahun 1990, ia berhasil memperoleh gelar Master of Science of Policy Economics. Dua tahun berselang, dari universitas yang sama, SMI mendapat gelar Ph.D. of Economics. Melansir laman Kementerian Keuangan (Kemenkeu), SMI berfokus pada penelitian Ekonomi Moneter dan Perbankan serta Ekonomi Tenaga Kerja. 

Berbagai penghargaan diperoleh SMI atas kerja kerasnya. Terbaru, Forbes mencantumkan namanya sebagai wanita paling berpengaruh di dunia peringkat ke-66 tahun 2021. Bahkan di awal ia menjabat sebagai Menteri Keuangan, Emerging Markets menetapkan namanya sebagai Menteri Keuangan terbaik se-Asia pada 2006. 

Forbes mencatat Sri Mulyani sebagai seorang yang menggunakan jabatannya untuk mempromosikan kesetaraan gender kala ia menjabat di Bank Dunia. Ia pun berhasil melakukan reformasi di bidang pajak dengan menggunakan layanan e-filing

Mari Elka Pangestu

Mari Elka Pangestu
Mari Elka Pangestu (twitter.com/Mari_Pangestu)

Meneruskan jejak Sri Mulyani, Mari Elka Pangestu menjadi perempuan Indonesia kedua yang menjabat di Bank Dunia. Sejak Maret 2020 lalu, ia resmi duduk di posisi Direktur Pelaksana Bank Dunia. Sebelumnya, Mari adalah perempuan Tionghoa-Indonesia pertama yang memegang jabatan menteri di Indonesia. 

Wanita kelahiran Jakarta, 23 Oktober 1956 ini adalah anak dari seorang ekonom kawakan Indonesia, Jusuf Pang Lay Kim. Ia memulai pendidikannya di luar negeri, baik tingkat S1 dan S2 ia tempuh di Australian National University (ANU), dari sana Mari berhasil memperoleh gelar Master of Economic (M.Ec.). Pendidikan doktoral ia tempuh di University of California, Davis, Amerika Serikat dan berhasil memperoleh gelar Ph.D tahun 1986. Bidang kajiannya meliputi ekonomi makro dan perdagangan internasional.

Mari memulai karier di pemerintahan sejak 21 Oktober 2004 hingga 2011 sebagai menteri perdagangan dalam pemerintahan Presiden SBY. Mari kembali dipercaya SBY menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2011 hingga 2014.

Merujuk pada laman resmi Bank Dunia, Mari aktif dalam bidang akademis. Namanya tercatat sebagai senior fellow di Columbia School of International and Public Affairs, Amerika Serikat, guru besar di UI, dan asisten profesor di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura. Sebelumnya, ia adalah anggota Indonesia Bureau of Economic Research (IBER) dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta.

Berkat kiprahnya selama 30 tahun di berbagai bidang, pada 2018 lalu Mari memperoleh penghargaan Distinguished Fellow Award dari Eisenhower Fellowship (EF). Dalam penuturan laman Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, ini adalah penghargaan terbesar yang diberikan organisasi tersebut bagi anggotanya. Mari memiliki peran penting dalam perekrutan EF Chapter Indonesia di mana ia berfokus pada kaum wanita. Sebagai seorang mentor, ia memimpin diskusi, melatih, dan memberi saran pada anggota yang baru terpilih.

Destry Damayanti

Destry Damayanti
Destry Damayanti (KATADATA/Arief Kamaludin)

Salah satu Kartini yang memiliki jabatan vital di bank sentral Tanah Air saat ini, adala Destry Damayanti. Perempuan kelahiran Jakarta, 16 Desember 1963 itu meduduki posisi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia periode 2019-2024.

Karirnya sebagai praktisi ekonomi dimulai dari bidang perbankan, namun pada masa kecilnya, ia adalah seorang atlet tenis. Dilahirkan di keluarga yang gemar berolahraga, Destry menekuni cabang olahraga tenis.

Bakatnya di cabang olahraga tenis pun sempat mengantarkannya sebagai pemenang kejuaraan nasional tenis di Malang, untuk kategori usia di bawah 10 tahun. Tak sampai situ, dalam wawancara dengan Detik, srikandi ini juga ikut dalam Pekan Olahraga Nasional alias PON hingga SEA Games.

Beranjak dewasa, Destry memilih fokus menempuh pendidikan ilmu ekonomi di Universitas Indonesia atau UI, dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada 1989. Selanjutnya, Destry memulai karirnya sebagai seorang peneliti di Harvard Institute for International Development (HIID) dan Institut Manajemen Fakultas Ekonomi UI hingga 1990.

Destry kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjananya di Cornell University, New York, Amerika Serikat. Dia berhasil lulus dengan gelar Master of Science pada 1992. Setelah itu, dia kembali ke Indonesia untuk bekerja di Badan Analisa KEuangan dan Moneter (BAKM) di Kementerian Keuangan sejak 1992 hingga 1997. Kini, BAKM lebih dikenal sebagai Badan Kebijakan Fiskal (BKF).

Kariernya Destry sebagai ekonom perbankan dimulai di Citibank Indonesia pada April 1997 hingga Mei 2000. Selanjutnya, dia dipercaya sebagai penasihat ekonomi senior bagi Duta Besar Inggris untuk Indonesia periode 2002-2003.

Destry juga pernah menjadi kepala ekonom Mandiri Sekuritas serta Bank Mandiri. Sembari menjalankan tugasnya, dia tetap menekuni dunia akademik dengan menjadi peneliti dan pengajar di UI.

Era kepresidenan Jokowi, Destry sempat dipercaya sebagai Ketua Panitia Seleksi alias Pansel Komisi Pemberantasan Korupsi sejak 21 Mei 2015 dan anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS, sejak September 2015.

Friderica Widyasari Dewi

BEI
BEI (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)


Lebih dulu dikenal oleh masyarakat sebagai bintang sinetron, Friderica Widyasari kini menjabat di pasar modal. Ia telah didapuk menjadi Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen. Jabatan ini akan diembannya hingga 2027.

Friderica yang akrab disapa Kiki, lahir di Cepu 28 November 1975. Melansir laman Keluarga Alumni Gajah Mada (Kagama), Kiki merupakan pemenang kontes kecantikan Diajeng Yogyakarta (1994) dan Putri Ayu Yogyakarta (1995). Meski begitu, Kiki kekeh untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. 

Dia memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Gajah Mada pada 2001. Selanjutnya, pendidikan pascasarjana ditempuhnya di Amerika Serikat, tepatnya di California State University of Fresno. Pendidikan studi S2 tersebut berhasil dia selesaikan pada 2004, dengan gelar Master of Business Administration (MBA).

Kembali ke Indonesia, Kiki memulai kariernya di bidang akademik sebagai dosen tidak tetap. Ada beberapa kampus tempatnnya mengajar, antara lain Fakultas Ekonomi UI, Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis (FIA) Atmajaya Jakarta, dan Universitas Trilogi (d/h STEKPI).

Berbekal pendidikan yang sudah dia selesaikan, Friderica kemudian terjun ke industri pasar modal, sebagai kepala divisi komunikasi Bursa Efek Indonesia periode 2006 hingga 2008. Selain itu, Kiki juga pernah menjadi staf khusus Kemenkeu pada 2008. Karirnya terus menanjak hingga dia menjadi sekretaris perusahaan Bursa Efek Indonesia hingga 2009.

Terus mengalami peningkatan karier, pada 2016 Kiki berhasil menjadi direktur utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI hingga 2019. Beralih dari KSEI, Kiki dipercaya oleh Danareksa Sekuritas menjabat sebagai direktur utama dari tahun 2020 hingga Kiki berhasil dipilih menjadi Dewan Komisioner OJK seperti sekarang. 

Reporter: Amelia Yesidora

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...