Menanti Data Tenaga Kerja AS, Harga Emas Antam Turun Rp 7.000 Hari Ini

Intan Nirmala Sari
31 Agustus 2021, 08:54
Harga emas, aneka tambang (antam), the federal reserve, amerika serikat, berita hari ini
Adi Maulana Ibrahim|Katadata

Harga emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam turun Rp 7.000 ke level Rp 944 ribu per gram pada perdagangan Selasa (31/8). Mengutip laman Logam Mulia, harga buyback atau harga jual emas turun Rp 6.000 ke level Rp 836 ribu per gram.

Sementara itu, melansir Bloomberg pada perdagangan pagi ini, harga emas commodity exchange (Comex) untuk kontrak Desember 2021 naik 0,17% ke level US$ 1.815,3 per troy ons. Sedangkan untuk emas spot (XAUUSD) naik 0,14% ke level US$ 1.812,8 per troy ons. Adapun untuk indeks dolar AS spot naik 0,01% ke 92,66.

Pergerakan harga emas masih bertahan di kisaran US$ 1.800 per troy ons saat indeks dolar Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan dan masih di kisaran level tertingginya. Sementara itu, pelaku pasar cenderung bersikap hati-hati menanti rilis laporan tenaga kerja utama AS akhir pekan ini.

Melansir Reuters, fokus investor saat ini beralih ke data penggajian non-pertanian alias non-farm payrolls (NFP) AS Agustus pada Jumat (3/9). Data tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran lebih luas tentang pemulihan pasar tenaga kerja AS dan memengaruhi strategi kebijakan moneter Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).

"Dari sudut pandang teknis, harga emas tetap berada di lingkungan yang positif," kata Carlo Alberto De Casa, analis pasar Kinesis, dilansir dari Reuters, Senin (30/8).

Pekan lalu The Fed menggelar simposium tahunan di Jackson Hole, Wyoming. Dalam pertemuan tersebut, Gubernur The Fed Jerome Powell menegaskan kembali pandangannya kalau inflasi AS hanya bersifat sementara. Pernyataan tersebut sekaligus menggugurkan sinyal Bank Sentral untuk menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

The Fed juga mengisyaratkan akan tetap sabar dan berupaya menghindari inflasi AS sementara tersebut. Inflasi yang tinggi dinilai berpotensi menghambat upaya bank sentral dalam mendorong pertumbuhan ekonominya.

“Secara keseluruhan, kebijakan moneter akan tetap akomodatif. Itu terjadi di tengah ketidakpastian kasus Covid-19 varian Delta, kekhawatiran pelambatan Tiongkok, dan ketegangan politik,” kata Konsultan riset senior Metal Focus untuk Asia Selatan, Harshal Barot.

Dia menambahkan, semua sentimen yang ada saat ini berpotensi bullish (tren naik) bagi harga emas. Meskipun, Powell menjelaskan kalau potensi pemangkasan belanja obligasi memungkinkan untuk dilakukan tahun ini, sedangkan kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan masih cukup jauh.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...