Permintaan dan Harga Naik, Ekspor Minyak Sawit Juli Meningkat 35%

Cahya Puteri Abdi Rabbi
10 September 2021, 11:25
ekspor, sawit
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/wsj.
Pekerja menimbang berat Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit di salah satu tempat penampungan Desa Tumpok Ladang, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Rabu (16/12/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor produk minyak sawit (CPO) dan turunannya pada Oktober 2020 mencapai 3,028 juta ton atau naik 9,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor minyak sawit pada bulan Juli 2021 mencapai 2,74 juta ton, naik 716 ribu ton atau 35,3% dari bulan sebelumnya. Kenaikan terbesar terjadi di produk ekspor olahan minyak sawit sebesar 548 ribu ton menjadi 2,11 juta ton dari yang sebelumnya 1,56 juta ton.

Secara keseluruhan, pada periode Januari-Juli 2021, nilai ekspor minyak sawit mencapai 18,52 juta ton. Pada tujuh bulan pertama 2020, ekspor mencapai 18, 63 juta ton. Ini berarti, secara year on year (yoy) pada periode Januari-Juli 2021, ekspor sawit mengalami penurunan sebesar 0,6% dari periode yang sama pada 2020.

"Adapun, nilai ekspor produk minyak sawit bulan Juli 2021 mencapai US$ 2,8 miliar, naik US$ 684,5 juta dari bulan Juni 2021," kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan dalam keterangan resminya, Kamis (9/9).

Kenaikan ekspor didukung oleh kenaikan harga rata-rata CPO dari US$ 1.054 pada bulan Juni menjadi US$ 1.124 per ton cif Rotterdam pada bulan Juli 2021.

Adapun, kenaikan volume ekspor terbesar terjadi untuk tujuan Uni Eropa yang meningkat menjadi 509,7 ribu ton, disusul dengan India menjadi 231,2 ribu ton, Pakistan menjadi 277,2 ribu ton dan Cina menjadi 522,2 ribu ton.

Sementara itu, untuk konsumsi dalam negeri pada bulan Juli 2021 mengalami penurunan 13,1% dibanding bulan lalu. Dari yang sebelumnya sebesar 1,66 juta ton menjadi 1,44 juta ton. 

“Penurunan terbesar pada konsumsi untuk biodiesel menjadi 556 ribu ton dari yang sebelumnya sebesar 677 ton, kemudian untuk pangan dari yang sebelumnya 803 ton menjadi 708 ribu ton, sedangkan untuk oleokimia hanya turun 2 ribu ton, dari 182 ribu ton menjadi 180 ribu ton," kata dia.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...