Survei BPS: Protokol Kesehatan di Angkot dan Bus Paling Rendah
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil survei terkait perilaku masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan survei yang melibatkan lebih dari 90 ribu responden tersebut, 13,49% masih menggunakan angkutan umum selama satu bulan terakhir.
"Kalau kita lihat, yang paling banyak di sana, 23% adalah angkot, lalu disusul ojol, taksi online, bus, KRL, dan MRT. Bervariasi," ucap Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (28/9).
Dari seluruh transportasi umum tersebut, menurut Suhariyanto, penerapan protokol kesehatan di angkot dan mikrolet masih rendah. Tercatat, hanya 43% angkot atau mikrolet yang memungkinkan penumpang jaga jarak dalam perjalanan.
"Ini bisa disadari bahwa ruang di angkot ini sangat terbatas, kemungkinan mereka mengalami kesulitan menjaga jarak," lanjutnya.
Sebagai perbandingan, 49,88% bus dan bus mikro telah menyesuaikan kapasitas penumpang sehingga protokol kesehatan bisa diadopsi dengan lebih baik. Begitu juga 69,78% penumpang kereta, termasuk KRL menyatakan cukup leluasa menjaga jarak di dalam gerbong.
Selain itu, menurut Suhariyanto, kesadaran pengemudi bus dan angkot dalam mengenakan masker juga paling rendah dibandingkan moda angkutan lain. Kemudian untuk di angkot dan bus ini baru 59% pengemudi tertib menggunakan masker. “Nampaknya perlu digalakkan lagi mereka harus pakai masker," ujar Suhariyanto.
Kondisi tersebut berkebalikan dengan penumpang yang hampir semuanya memakai masker. Begitu pula, kesadaran pengemudi ojek online dan taksi online dalam mengenakan masker sudah cukup baik. Di antara penumpang ojek online dan taksi online menyatakan 96,06% dan 98% pengemudinya telah memakai masker.
Survei BPS juga menyoroti pemasangan pembatas antara pengemudi dan penumpang di ojek online dan taksi online. "Mengenai pembatasan penumpang sudah diterapkan di ojol sekitar 40%, di taksi online masih 56%," kata Suhariyanto.