Menimbang Arah Kebijakan Ekonomi dari Pilpres AS: Trump atau Biden?

Pingit Aria
2 November 2020, 11:57
Donald Trump dan Hoe Biden akan memperebutkan kursi presiden dalam Pemilu AS, 3 November 2020.
Richard Villalon/123rf
Donald Trump dan Hoe Biden akan memperebutkan kursi presiden dalam Pemilu AS, 3 November 2020.

Pemilu Amerika Serikat (AS) akan digelar pada 3 November 2020. Kedua kandidat presiden, Donald Trump dan Joe Biden dinilai memiliki pandangan yang berbeda 180 derajat soal ekonomi, perdagangan internasional dan politik luar negerinya. Siapa yang bakal lebih menguntungkan bagi Indonesia?

Salah satu topik utama dunia dalam pemilu AS adalah perang dagang dengan Tiongkok. Perang dagang kedua raksasa ekonomi ini secara tidak langsung menekan ekspor dan impor dunia, serta memberikan dampak negatif terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.

Sejumlah ekonom menilai ekonomi dunia, termasuk Indonesia akan lebih sulit membaik jika Presiden Donald Trump kembali terpilih. Kondisinya akan berbeda jika penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, yang memenangkan pemilu.

Biden yang diproyeksikan bakal menormalisasi hubungan AS-Tiongkok sedang mengungguli Trump menurut sejumlah jajak pendapat. Namun hasil akhir pemilu bisa jadi lain, seperti yang juga terjadi pada pilpres 2016, saat Trump mengalahkan Hillary Clinton.

USA-ELECTION/TRUMP
USA-ELECTION/TRUMP (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/foc/cf)

Jika Trump kembali terpilih, dia kemungkinan akan melanjutkan kebijakan ekonominya di periode kedua. Dengan pajak yang lebih rendah, kemampuan pemerintahan Trump untuk memberikan stimulus fiskal dalam periode 2021-2024 akan terbatas di kisaran US$ 334 miliar.

Sedangkan Joe Biden, dalam manifesto kebijakan ekonominya menyatakan rencana yang berbeda. Ia akan menaikkan pajak pendapatan dan korporasi sebesat 15% hingga mengembalikannya ke era sebelum Trump.

Dengan penerimaan negara yang lebih besar, Biden yang pernah menjabat sebagai wakil presiden pada kepemimpinan Barack Obama berjanji memberikan stimulus fiskal yang jauh lebih besar dibanding Trump, yakni sekitar US$2,5 triliun selama periode 2021-2024.

Stimulus ini diperkirakan tak hanya berdampak secara domestic karena ekonomi Amerika merupakan 30% dari ekonomi dunia. “Maka ketika AS melakukan stimulus besar pasti dampaknya akan cukup besar bagi negara lain, termasuk emerging market seperti Indonesia," Ekonom dari Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Malik Zaini.

Lembaga riset Moody’s Analytics memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh 4,2% pada 2021-2024 jika Biden sebagai presiden AS. Sementara jika Trump yang terpilih, ekonomi AS diproyeksikan hanya akan tumbuh sebesar 3% pada periode yang sama.

Berikut adalah Databoks pertumbuhan ekonomi AS hingga kuartal II 2020:

Dari sisi perdagangan internasional, menurut Ahmad Malik, perang dagang AS-Tiongkok akan berlanjut jika Trump kembali ke Gedung Putih. Sementara Biden cenderung mengatasi sengketa secara multilateral, melalui organisasi perdagangan dunia (WTO).

Dengan asumsi itu, perang dagang diprediksi mereda jika Biden terpilih. "Jadi pertumbuhan ekonomi akan lebih kencang, harga komoditas dunia seperti nikel, minyak, CPO, juga logam mulia akan lebih tinggi ketimbang kalau Trump yang terpilih," kata Ahmad Malik.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...