Pandemi, SKK Migas Pastikan Produksi Migas Tidak Anjlok Lebih 10%

Image title
4 November 2020, 19:04
skk migas, produksi migas, pandemi corona
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi. SKK Migas memastikan industri hulu migas dalam negeri dapat menjaga produksinya tidak anjlok lebih dari 10%.

Selama pandemi corona, produksi minyak mentah global turun 15% hingga 20%. Hal ini seiring dengan melemahnya permintaan dan harga minyak. SKK Migas memastikan industri hulu migas dalam negeri dapat menjaga produksinya tidak anjlok lebih dari 10%.

Kegiatan operasi para kontraktor kontrak kerja sama atau KKKS tetap berjalan karena pemerintah memberikan stimulus fiskal. Kepala Divisi Akuntansi SKK Migas Desti Melanti menyebut pihaknya telah mengusulkan sembilan insentif ke Kementerian Keuangan. “Kami masih berdiskusi, yang prioritas akan dikawal bersama,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (4/11).

Dari sembilan insentif, ada dua yang telah Kementerian Keuangan setujui. Stimulus itu adalah penundaan pembayaran dana pascatambang atau abandonment and site restoration (ASR) dan pembebasan pajak pertambahan nilai atau PPN atas penjualan gas alam cair atau LNG.

Insentif lain yang masih dalam pembahasan adalah tax holiday untuk pajak penghasilan (PPh) di semua wilayah kerja migas. Semua keringanan itu bertujuan untuk memperbaiki arus kas para kontraktor.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan menjaga produksi migas tetap berjalan saat ini sangat penting. Selain untuk menjaga ketahanan energi di masa depan, kegiatan itu juga mencegah kenaikan impor minyak. “Dampaknya 10 hingga 20 tahun kemudian,” ucapnya.

Fatar meyakini energi fosil masih berperan penting di masa depan, meskipun energi terbarukan kini berkembang masif. "Orang bilang mau habis. Saya perkirakan mungkin 50-100 tahun lagi masih dibutuhkan," katanya.

Industri Hulu Migas Butuh Insentif Fiskal

Model bisnis hulu migas perlu berubah untuk mencapai target 1 juta barel per hari pada 2030. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan masalah utama terhambatnya kenaikan produksi saat ini adalah mayoritas lapangan minyak dan gas bumi Indonesia sudah tua.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...