• Serapan gas bumi untuk industri dan kelistrikan rendah pada tahun lalu sehingga membebani keuangan PGN.
  • Kadin menyebut infrastruktur kurang memadai menjadi salah satu faktor gas bumi dalam negeri kurang terserap.
  • Penyerapan gas tahun ini diprediksi naik seiring membaiknya aktivitas sektor industri.

Penyerapan gas bumi di sektor industri dan kelistrikan belum optimal. Padahal, sejak tahun lalu pemerintah sudah memberikan harga khusus sebesar US$ 6 per juta Britisht Thermal Unit (MMBTU).

Berdasarkan data PT Perusahaan Gas Negara Tbk alias PGN, realisasi konsumsi pada tahun lalu dari sektor industri hanya 61 % dari alokasi 229,4 miliar British Thermal Unit per hari (BBTUD). Untuk kelistrikan, serapannya sekitar 80 % dari alokasi 251,6 BBTUD. 

Advertisement

Perusahaan telah menyalurkan gas khusus itu sejak 13 April 2020. Langkah ini seiring dengan terbitnya Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 89 K/10/MEM/2020 dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 91K/10/MEM/2020.

Di hadapan anggota Komisi VII DPR kemarin, Direktur Utama PGN Suko Hartono menyebut akumulasi kerugian penjualan gasnya dari 2020 hingga 2024 dapat mencapai US$ 801,38 juta atau sekitar Rp 11,5 triliun. 

Kerugian itu terjadi karena serapan gas harga khusus yang rendah. “Ini yang jadi catatan untuk dievaluasi bersama. Meskipun diberi harga relatif baik, pemakaiannya masih 61 %," kata dia.

Dorongan untuk mengevaluasi kebijakan itu pun menguat. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM  Tutuka Ariadji menyayangkan pemberian insentif ini belum termanfaatkan secara optimal. 

Kementerian ESDM berencana mengevaluasi kebijakan harga gas yang telah berjalan hampir satu tahun itu bersama Kementerian Perindustrian. "Kalau tidak 100 % terserap, (sektor industri) melaporkan masalahnya apa,” ujarnya.

Saat dikonfirmasi perihal tersebut, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam tidak memberikan jawaban. Pesan WhatsApp yang dikirimkan Katadata.co.id hanya bercentang biru, dan upaya untuk menghubungi via telepon juga tak membuahkan hasil.

DPR mendorong agar pemerintah mengevaluasi penetapan harga gas bumi khusus industri dan kelistrikan. Patokan harga US$ 6 per juta British Thermal Unit (MMBTU) ternyata tidak membuat penyerapannya maksimal.

Anggota Komisi VII DPR Ridwan Hisjam meminta agar alokasi gas yang tidak memiliki performa bagus untuk segera dievaluasi. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, perlu memilah industri mana yang layak mendapatkan harga gas khusus tersebut.

Apabila kebijakan tersebut tidak menciptakan efek berantai, negara akan merugi. “Kami berharap (dampak) ekonominya berjalan," kata dia dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR, Rabu (24/3).

Banyak perusahaan mendapatkan harga khusus tapi tidak memaksimalkan alokasinya. Anggota Komisi VII Ratna Juwita mengatakan kondisi ini malah membebani keuangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk alias PGN.

pipa gas Pertamina
Ilustrasi pipa gas. (Arief Kamaludin|KATADATA)

Infrastruktur Gas Belum Optimal

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia turut menyoroti masalah ini. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi, Minyak dan Gas Bobby Gafur Umar mengatakan infrastruktur gas yang kurang memadai menjadi salah satu faktor gas bumi dalam negeri kurang terserap.

Hal ini berkaitan dengan pasar. "Infrastruktur penunjang gas belum terintegrasi. Jadi pasokan gasnya belum bisa sepenuhnya dapat diakses oleh industri," kata dia.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira berpendapat kebijakan harga gas tertentu untuk industri beberapa waktu lalu memang sangat dibutuhkan. Tujuannya, agar biaya produksi dapat bersaing.

Namun, pandemi Covid-19 muncul pada tahun lalu. Kapasitas produksi manufaktur menurun sehingga serapan gas tidak optimal. Penurunan harga gas sebaiknya menjadi prioritas dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga 2022 mendatang untuk mendorong sektor industri. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement