Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan pemotongan suku bunga 50% baru-baru ini tidak boleh ditafsirkan sebagai tanda bahwa pergerakan di masa mendatang akan seagresif sebelumnya.
Sejumlah bank sentral global telah memutuskan memangkas suku bunga, menandai potensi akhir dari era suku bunga tinggi dan menyesuaikan kebijakan moneter terkait inflasi dan ekonomi.
Sejumlah ekonom memproyeksikan pergerakan rupiah terhadap dolar AS bisa tertahan, karena pasar masih menantikan pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell.
Menurut Chief Economist Bank Mandiri, The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis points lagi hingga akhir tahun, dan Bank Indonesia kemungkinan mengikuti langkah serupa.
Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan hari Jumat (20/9). Dow Jones Industrial Average mencetak rekor tertinggi setelah Federal Reserve menurunkan suku bunga.
Untuk pertama kalinya sejak 2020, The Fed menurunkan suku bunga sebanyak 50 bps, mengakhiri era suku bunga tinggi dan memasuki fase baru dengan harapan mendukung ekonomi.
The Fed memangkas suku bunga 50 bps menjadi 4,75%-5,0%, sebagai respons terhadap perlambatan ekonomi AS dan mencapai stabilitas harga dengan pengangguran terkendali.
Menanggapi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 basis points menjadi 4,75%-5,0%, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengharapkan dampak positif global dari langkah tersebut.
Robert Kiyosaki memprediksi bahwa penurunan suku bunga oleh The Fed akan mendorong investor menjauh dari aset palsu seperti obligasi AS dan menuju aset riil seperti Bitcoin dan emas.