Persaingan bisnis penjualan Bahan Bakar Minyak/BBM nonsubsidi semakin ketat. Menyusul PT Pertamina (Persero), Total dan Shell meluncurkan BBM dengan nilai oktan (Research Octane Number/RON) 90. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik dua perusahaan asing ini menjual jenis BBM setara Pertalite milik Pertamina, di tengah semakin terbatasnya penjualan Premium.
Pertamina memang lebih dulu menjual BBM dengan nilai oktan 90 itu. Sekitar tiga tahun lalu, tepatnya 24 Juli 2015, perusahaan pelat merah itu mengeluarkan merek Pertalite itu dengan harga Rp 8.400 per liter. Tujuannya untuk memberikan pilihan kepada konsumen. Apalagi saat itu, Premium yang berkadar oktan 88 masih merajai pangsa penjualan BBM Pertamina.
Namun, dengan nilai oktan yang lebih tinggi dari Premium, Pertamina mencoba menyakinkan konsumen kalau Pertalite lebih ramah lingkungan. Selain itu lebih irit, karena jarak tempuh per liter 11,6 kilo meter (km). Sedangkan Premium hanya 10 km. Pertalite juga mengandung zat aditif EcoSave yang membuat mesin halus dan bersih.
Tahap awal, Pertamina hanya menjual Pertalite di 101 SPBU yang terletak di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Saat itu, setiap SPBU hanya di jatah lima kilo liter (kl) per hari. Dalam 10 hari pertama jumlah SPBU pun meningkat menjadi 115. Namun, volume penjualan di setiap SPBU hanya tiga kl per hari.
Seiringnya berjalannya waktu, konsumsi Pertalite pun terus meningkat. Bahkan bisa menggusur pangsa pasar Premium. Mengacu paparan Pertamina pada capaian kuartal III (Januari hingga September) 2017 lalu, konsumsi Pertalite mencapai 10,27 juta KL.Sementara Premium hanya 5,49 juta KL.
Jumlah SPBU yang menjual Pertalite juga makin banyak. Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan saat ini Pertalite tersedia dan mudah ditemukan di hampir 5.500 SPBU di Indonesia.
Daya jangkau Pertalite ini lah yang menjadi modal Pertamina bersaing dengan pesaing. Selain itu, harga Pertalite juga hanya Rp 7.600 per liter.
Namun Adiatma, agar ada persaingan yang sehat juga mengimbau agar pendatang baru, juga menjual RON 90 di luar Jawa, Madura, dan Bali. "Untuk pendatang baru silakan saja juga jualan di luar Jamali sehingga memiliki kesamaan persaingan yang sehat," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (20/2).
Penantang baru Pertamina
Peluang pasar penjualan BBM RON 90 ini ternyata juga menarik perhatian perusahaan lainnya. PT Total Oil Indonesia awal Februari lalu mengeluarkan produk Performance 90 yang setara dengan Pertalite. Kemudian, beberapa hari belakangan PT Shell Indonesia juga mengeluarkan Shell Reguler.
Managing Director PT Total Oil Indonesia Franck Giraud mengatakan pertimbangan perusahaan mengeluarkan Performance 90 adalah kebutuhan pasar lokal, dalam hal ini Indonesia. “Di Indonesia, kebutuhan bahan bakar berkualitas dengan oktan 90 menunjukkan tren meningkat,” kata dia.
Namun, harga Performance 90 ini lebih mahal dibandingkan dengan Pertalite milik Pertamina. Total mematok harga Rp 8.300 per liternya.
Adapun bahan bakar bensin Performance 90 ini diimpor langsung dari Singapura. Sedangkan di Indonesia, Performance 90 bisa didapatkan di 10 SPBU. Perinciannya Bumi Serpong Damai Tangerang, Bekasi, Kalimalang Bekasi, Pasteur Bandung, Pasar Minggu Jakarta, Pejaten Jakarta, Tendean Jakarta, MT Haryono Jakarta, Warung Buncit Jakarta, Kedoya Jakarta.
Kemudian segera menyusul adalah SPBU Total di kawasan Kemang, Jakarta, Manajemen Total Oil juga menargetkan Performance 90 dapat diperoleh di seluruh jaringan SPBU Total di Jakarta, Bandung, Tangerang, Bekasi dan Bandung pada Maret nanti.
Franck belum menyebut volume Performance 90 yang dijual. Namun, harapannya penjualan BBM jenis ini terus meningkat. ”Volume RON 90 di SPBU Total kami harapkan terus meningkat,” ujar dia.
Menurut Franck Giraud, kelebihan Performance 90 ini adalah memiliki aditif yang langsung diimpor dari Prancis. Berdasarkan hasil uji laboratorium dan jalan raya, aditif ini mampu mengurangi penumpukan kotoran di berbagai komponen mesin.
Dengan aditif itu, mesin akan menjadi lebih bersih sehingga meminimalisir ongkos perawatan kendaraan. “Pelanggan akan menikmati keunggulan Performance 90 di SPBU seperti perlindungan mesin yang lebih baik dan ongkos perawatan yang lebih rendah,” ujar Franck.
Selain Total, PT Shell Indonesia juga mulai menjual BBM dengan oktan 90 pada 19 Februari 2018 lalu. Produk bernama Shell Regular ini tersedia di 11 SPBU di wilayah Jakarta Timur, Tangerang dan Bekasi.
Menurut External Relations Shell Indonesia Dina Setianto, Shell Regular adalah BBM beroktan 90 yang diformulasikan para ilmuwan dengan teknologi Dynaflex. Teknologi ini mampu membantu menjaga kebersihan dan efisiensi mesin kendaraan. “Shell Regular merupakan jawaban bagi kebutuhan masyarakat akan produk berkualitas dengan harga terjangkau,” ujar dia.
Adapun, pasokan Shell Regular berasal dari Singapura. Namun, Dina belum mau merinci berapa volume BBM Shell Regular yang dijual setiap harinya. Yang jelas harga produk ini dipatok Rp 8.400 per liter. Harga itu lebih tinggi dibandingkan Performance 90 dan Pertalite.
Namun, Shell memberikan manfaat lebih berupa asuransi kecelakaan dalam perjalanan, derek gratis untuk pengendara roda empat. Selain itu serta diskon bahan bakar melalui penukaran poin bagi para pelanggan yang menjadi anggota Shell ClubSmart.
Perbandingan BBM Oktan 90 | |||||
Nomor | Perusahaan | Merek Produk | Harga | Daya Jangkau (SPBU) | Teknologi |
1. | PT Pertamina (Persero) | Pertalite | Rp 7.600 per liter (Jabodetabek) | 5.500 | EcoSave |
2. | PT Total Oil Indonesia | Performance 90 | Rp 8.300 per liter | 10 | Aditif dari Prancis |
3. | PT Shell Indonesia | Shell Regular | Rp 8.400 per liter | 11 | Dynaflex |
Pengaturan Harga dan Pemasaran
Pertamina, Total dan Shell memang diberikan kewenangan menentukan harga produk BBM oktan 90. Ini mengacu Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 tahun 2014 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran BBM.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Harya Adityawarman mengatakan Pertalite, Performance 90 dan Shell Regular memang tergolong BBM jenis umum. Jadi harga tidak ditetapkan pemerintah. “BBM umum ditetapkan oleh badan usaha,” kata dia.
Namun ada beberapa kriteria penentuan harga. Pertama, harga terendah ditentukan berdasarkan harga dasar ditambah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor (PBBKB) dengan margin paling rendah 5% dari harga dasar. Kedua, harga tertinggi di tentukan berdasarkan harga dasar ditambah PPN dan PBBKB dengan margin paling tinggi 10% dari harga dasar. Adapun besaran PBBKB disesuaikan dengan peraturan daerah provinsi setempat.
Meski tidak diatur pemerintah, Harya optimistis harga BBM kadar oktan 90 itu tidak akan mempengaruhi inflasi. “Volume yang dijual Shell dan Total sangat kecil. Harga yang dijual Pertamina juga lebih murah, jadi jika tidak terpaksa tidak akan membeli di Shell dan Total,” ujar dia.
Sementara itu, Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto menilai munculnya pesaing akan menguntungkan konsumen. "Semakin banyak alternatif, akan semakin baik karena iklimnya akan menjadi lebih kompetitif dan menawarkan produk dan pelayanan yang lebih baik bagi konsumen," kata dia.
(Baca: SPBU VIVO Jual BBM Oktan 89 Lebih Murah Daripada Premium)
Hanya, saat ini pemain swasta lebih suka bermain di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi/Jabodetabek. Alhasil, masyarakat yang merasakan manfaat positifnya juga sangat terbatas.