Belum genap dua tahun kehadiran dua merek mobil asal Tiongkok, SGMW Motor (Wuling) dan Dongfeng Sokon (DFSK), di Indonesia. Namun, mereka mampu mengambil hati konsumen kendaraan Tanah Air. Kesuksesan penjualan duet Wuling dan DFSK telah menggerus dan mengancam produk Jepang, bahkan Korea Selatan, Eropa dan Amerika di pasar otomotif nasional.

Dalam ajang pameran Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) pada 25 April - 5 Mei 2019, mobil Tiongkok cukup menarik perhatian pengunjung yang datang ke JIExpo Kemayoran, Jakarta. Sepanjang pameran ini, DFSK mencatat total pemesanan hingga 1.487 unit. Pemesanan produk terbarunya DFSK Glory 560 mencapai 1.056 unit. Produk ini bersaing dengan model terlaris Toyota Avanza dengan pemesanan 1.106 unit.

"Ini menjadi pertanda kendaraan DFSK mulai dapat tempat di hati masyarakat," kata Managing Director of Sales Centre Sokonindo Automobile Franz Wang dalam keterangannya, Kamis (9/5). 

(Baca: Pameran Otomotif IIMS 2019 Meriah, Transaksi Naik hingga Rp 5 Triliun)

Pemesanan tiga varian Wuling dalam ajang IIMS memang hanya mencapai 771 unit. Namun, Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat sebagai pemain baru, Wuling sudah mampu masuk dalam 10 merek mobil dengan penjualan terbesar tahun lalu.

Presiden Direktur Hyundai Motors Indonesia Mukiat Sutikno mengatakan pabrikan mobil asal Tiongkok bisa saja menjadi ancaman bagi merek lain. Apalagi dengan tawaran harga yang kompetitif, mobil Tiongkok bisa berhadapan langsung dengan pabrikan lama yang terkenal dengan harga yang kompetitif seperti Daihatsu.

Mukiat memprediksi persaingan ketat ke depan akan terjadi di segmen Multi Purpose Vehicle (MPV). Merk Tiongkok, Wuling, telah mengeluarkan Confero dan Cortez yang dapat bersaing di segmen itu. "Mungkin bisa jadi ancaman. Produk mereka punya harga dekat dengan Daihatsu," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (9/5).

(Baca Analisis Data: Peta Baru Persaingan Bisnis Mobil di Indonesia)

Banderol mobil Tiongkok telah menabrak pakem mobil-mobil Jepang selama ini. Mereka menyuguhkan harga lebih terjangkau atau di bawah harga mobil Jepang di kelas yang sama. Di kelas MPV, Wuling menjual produk Confero dengan harga termurah Rp 146 juta. Pada segmen yang sama, harga Daihatsu Xenia mencapai Rp 180 juta dan kembarannya Toyota Avanza Rp 190 juta. Sementara Mitsubishi Expander dan Honda Mobilio di atas Rp 200 juta. 

Di kelas Low Sport Utility Vehicle (SUV), DFSK membanderol Glory 560 seharga Rp 189 juta. Lebih murah dari pesaingnya Daihatsu Terios Rp 202 juta, Toyota Rush 244 juta, dan Honda BR-V Rp 238 juta. Di segmen ini Wuling Almaz dibandrol lebih mahal, yakni mencapai Rp 318 juta.

Meski murah, produk tiongkok menawarkan fitur yang lengkap dan berani memberikan garansi hingga tujuh tahun. Adapun garansi yang diberikan Wuling sama dengan rata-rata pabrikan Jepang, yakni lima tahun. Selain itu, mereka menawarkan fitur lengkap keamanan dan kenyamanan dengan teknologi yang mutakhir.

(Baca juga: Prospek Bisnis Otomotif 2019: Potensi Besar, Volume Penjualan Stagnan)

Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan masuknya Wuling dan DFSK dalam industri otomotif Tanah Air akan membuat persaingan menjadi semakin ketat. Namun, dia menyambut baik kehadiran mobil Tiongkok ini. Menurutnya masyarakat akan semakin menikmati pilihan varian kendaraan yang semakin banyak. "Harga tentu jadi faktor penentuan pilihan," ujarnya.

Grup Astra Tak Anggap Mobil Tiongkok Ancaman

Selama ini pasar otomotif di Indonesia dikuasai kendaraan Jepang, terutama yang dipegang oleh Grup Astra, seperti Toyota dan Daihatsu. Pada 2016, kedua merek ini memegang 53,7 persen pangsa pasar otomotif nasional. Namun, sejak kehadiran dua pabrikan Tiongkok pada 2017, pasarnya tergerus menjadi 51,8 persen. Tahun lalu pangsa pasar Toyota dan Daihatsu kembali menyusut menjadi 48,2 persen.

Meski begitu, kedua Grup Astra ini tidak menganggap mobil Tiongkok sebagai ancaman yang akan bisa terus menggerus pangsa pasarnya. Direktur Pemasaran Astra Daihatsu Motors Amelia Tjandra mengatakan semakin maraknya merek otomotif di Indonesia merupakan hal yang wajar. Apalagi pasar mobil di Indonesia masih punya potensi yang besar. "Jadi semua merek mengerahkan sumber daya yang optimal," ujarnya kepada Katadata.co.id.

(Baca juga: Penurunan Performa Grup Otomotif Menahan Laju Laba Astra International)

Executive General Manager Toyota Astra Motor Fransiscus Soerjopranoto juga enggan menyebut kehadiran mobil Tiongkok sebagai ancaman. "Kalau ancaman kesannya akan ada proteksionisme," kata dia kepada Katadata.co.id.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement