Harga Beras Berpotensi Melonjak Imbas Pupuk Mahal

Tia Dwitiani Komalasari
1 Juli 2022, 10:13
Petani merontokan padi varietas Kopyor saat panen raya padi di persawahan, Desa Gedongsari, Jumo, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (19/4/2022). Perum Bulog menyatakan potensi penyerapan beras petani pada kuartal I tahun 2022 bisa mencapai 4,14 juta ton yan
ANTARA FOTO/Anis Efizudin/wsj.
Petani merontokan padi varietas Kopyor saat panen raya padi di persawahan, Desa Gedongsari, Jumo, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (19/4/2022). Perum Bulog menyatakan potensi penyerapan beras petani pada kuartal I tahun 2022 bisa mencapai 4,14 juta ton yang merupakan jumlah ideal untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

Harga beras berpotensi melambung akibat kenaikan harga pupuk dan faktor cuaca. Di sisi lain, penyerapan beras oleh Bulog rendah.

Guru Besar Insititut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santoso, mengatakan saat ini harga beras relatif normal. Harga gabah bahkan terpukul karena serapan Bulog yang rendah. Hingga 24 Juni, stok beras Bulog mencapai 1,09 juta ton.

“Itu stok terendah karena selama ini setelah panen raya, biasanya stok Bulog mencapai lebih dari 2 juta ton,” kata Dwi Andreas kepada Katadata.co.id, Kamis (30/6).

Kondisi tersebut mengancam produksi di musim tanam berikutnya. Apalagi saat ini, harga pupuk naik lebih dari dua kali lipat. Hal tersebut diperburuk dengan kondisi cuaca yang menyebabkan harga pangan di tingkat dunia meningkat, termasuk beras.

 Berdasarkan data Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) harga pupuk yang berbasis nitrogen naik tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu. Sementara harga pupuk kalium dan fosfat naik 2,5 kali lipat dari sebelumnya.

“Kenaikan harga pupuk ini baru terjadi beberapa bulan lalu. Akibatnya, (pada) Agustus harga beras bisa naik,” kata Dwi Andreas yang juga merupakan Ketua Umum AB2TI tersebut.

Oleh karena itu, Dwi Andreas berharap agar Bulog menjalankan fungsinya sebagai stabilisator harga beras. Namun, cadangan beras pemerintah sebesar satu juta ton yang disimpan Bulog saat ini dinilai masih rentan untuk meredam gejolak harga beras.

“Cadangan beras Bulog satu juta ton ini hanya sekitar 3 persen dari konsumsi. Idealnya negara memiliki 10 persen cadangan untuk bisa menstabilkan harga (beras),” ujarnya.’

Dwi Andreas juga menyoroti keluhan Bulog soal kesulitan dalam menyalurkan cadangan beras pemerintah sehingga berpotensi turun mutu. Hal itu karena program beras sejahtera telah dihapus. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...