Harga Minyak WTI Sentuh US$ 73 per Barel, Terendah Sejak Desember 2021

Tia Dwitiani Komalasari
29 November 2022, 06:33
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai
Zukiman Mohamad/Pexels
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai

Harga minyak ditutup beragam pada akhir perdagangan Senin (29/11). Organisasi negara-negara penghasil minyak OPEC+ berencana mengurangi produksi untuk mengimbangi kekhawatiran pembatasan ketat COVID-19 di Cina yang merupakan importir minyak mentah terbesar dunia.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari ditutup naik 96 sen atau 1,3 persen, menjadi US$ 77,24 per barel. Di awal sesi, WTI sempat menyentuh US$ 73,6 per barel yang merupakan level terendahnya sejak Desember 2021.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari juga sempat berbalik positif, tetapi berakhir turun 44 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 83,19 per barel. Pada awal sesi, Brent merosot lebih dari 3% menjadi US$ 80,61 per barel, level terendah sejak 4 Januari 2022.

Kedua harga acuan tersebut telah membukukan tiga kali penurunan mingguan berturut-turut.

"Kabar yang beredar adalah ada desas-desus bahwa OPEC+ sudah mulai melontarkan gagasan pengurangan produksi pada Minggu (27/11). Itu membantu membalikkan kerugian yang disebabkan oleh protes China," kata Kepala Analis Minyak di Kpler, Matt Smith, seperti dikutip dari Antara, Selasa (29/11).

Analis di Eurasia Group menyatakan dalam sebuah catatan Senin (28/11) bahwa melemahnya permintaan dari Cina dapat memacu Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia untuk memangkas produksi, setelah mengurangi pasokan pada Oktober.

"Keputusan akan bergantung pada lintasan harga minyak ketika OPEC+ bertemu, dan seberapa banyak gangguan yang terlihat di pasar karena sanksi Uni Eropa," tulis kelompok itu dalam catatannya.

OPEC+ akan bertemu pada 4 Desember. Pada Oktober, OPEC+ setuju untuk mengurangi target produksinya sebesar 2 juta barel per hari hingga tahun 2023.

Desas-desus tentang kemungkinan pemotongan lebih besar mengimbangi aksi jual awal yang dibangun di atas pandangan lemah dari China, di mana ratusan demonstran dan polisi bentrok pada Minggu (27/11) karena pembatasan COVID-19 ketat yang membatasi pergerakan bebas di antara jutaan penduduk.

Cina tetap berpegang pada kebijakan nol-COVID-19 Presiden Xi Jinping, bahkan saat sebagian besar dunia telah mencabut sebagian besar pembatasan.

Diplomat Kelompok Tujuh (G7) dan Uni Eropa telah membahas batas harga minyak Rusia antara US$ 65 dan US$ 70 dolar per barel, dengan tujuan membatasi pendapatan untuk mendanai serangan militer Moskow di Ukraina tanpa mengganggu pasar minyak global.

Namun demikian, pemerintah-pemerintah Uni Eropa terpecah tentang tingkat yang membatasi harga minyak Rusia, dengan dampak yang berpotensi diredam. Batas harga akan mulai berlaku pada 5 Desember ketika larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia juga berlaku.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...