Investor Menanti Para Unicorn Melantai di Bursa Saham

Sorta Tobing
18 Mei 2021, 09:37
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi
Ilustrator Katadata/Betaria Sarulina
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi

Sejak pandemi Covid-19, Bursa Efek Indonesia alias BEI seolah-olah panen investor ritel. Jumlahnya mencapai lima juta per 19 April lalu. Angkanya naik signifikan dari Desember 2020 yang hanya 3,8 juta.  

Euforia ini sempat mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus 6.400 pada Januari lalu. Saham pertambangan dan perbankan menjadi primadona ketika itu.

Indeks lalu menurun pada April. Banyak yang menyebut pemicunya adalah investor mulai beralih ke mata uang kripto atau cryptocurrency yang sedang booming. Ada pula kasus-kasus perusahaan asuransi dan BPJS Ketenagakerjaan yang membuat pasar modal menjadi kurang menarik. 

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi tidak membantah kondisi tersebut. “Tapi ini hanya sementara. Pasar modal tidak mungkin searah. Naik terus-menerus, itu tidak mungkin,” katanya kepada awak Katadata.co.id, yaitu Sorta Tobing, Lavinda, dan Dini Apriliana, Kamis (29/4).

Seperti apa pandangannya dengan kondisi pasar modal saat ini? Dan bagaimana prediksinya untuk bursa saham sepanjang 2021? Berikut cuplikan wawancaranya:

Bagaimana dampak kenaikan jumlah investor ritel ke pasar modal saat ini?

Tentunya dengan kenaikan investor baru, frekuensi transaksi harian luar biasa naiknya. Kalau di 2019 masih 300an ribu kali per hari. Di 2020 mencapai 677 ribu kali per hari dan ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.

Lalu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada saat pandemi sempat turun luar biasa. Tapi di 2020 kami bisa pertahankan hampir mirip dengan tahun sebelumnya di level Rp 9,21 triliun, walaupun ada penurunan indeks.  

Kenapa bisa demikian? Salah satunya karena teknologi dan media sosial. Nah, pertumbuhan investor jadi naiknya bukan deret hitung tapi deret ukur eksponensial mencapai 65%. 

Tapi perkembangan teknologi dan medsos sudah terjadi sebelum pandemi. Ada pemicu lainnya?

Memang pandemi ini kami melihat banyak orang melakukan pekerjaan di rumah. Walaupun aktivitasnya cukup hectic, tapi masih ada waktu melihat gadget (gawai) untuk memantau investasi dan pasar modal.

Yang kedua, adanya pandemi membuat ekonomi tidak semuanya bisa berjalan. Bagi orang-orang yang tidak bisa memutar uangnya ke bisnis real akan mencari sesuatu untuk mendapatkan income. Salah satunya apsar modal.

Sempat ada kasus para influencer mempengaruhi investor baru untuk membeli saham tertentu. Ada upaya otoritas bursa untuk mencegah hal ini tidak terulang kembali?

Edukasi untuk para investor sudah kami lakukan. Terkait dengan influencer, kami tidak boleh melarang tapi merangkul. Kami ada program influencer incubator untuk memberi masukan kepada mereka bagaimana melakukan edukasi untuk followers-nya. 

Tujuannya, supaya mereka bisa mempengaruhi pengikutnya dengan benar. Ini tentunya berguna untuk para influencer agar jangan sampai salah dan menghindari tuntutan dari para investor.

Dengan banyaknya investor domestik masuk ke pasar modal, ada potensi kinerja indeks ikut naik?

Kita bisa melihat perbedaan pada saat krisis 1998 dan 2009. Ketika itu ouflow investor asing sangat berdampak pada IHSG. Recovery-nya cukup lama karena satu arah. Asing menjual, yang lokal juga ikut menjual.

Saat ini berbeda dengan krisis-krisis tersebut. Investor domestik masuk terus. Kami melihat (indeks) menjadi lebih kuat daripada krisis 1998. IHSG Maret 2020 sempat terendah di bawah 4 ribu. Desember lalu sudah hampir pulih dan sekarang sedikit di bawah 6 ribu.

Tapi sekarang menurun. Ada yang menyebut karena investor banyak pindah ke mata uang kripto. Menurut Anda?

Saya tidak akan membantah itu. Bisa saja karena euforia kripto. Orang yang ingin spekulasi tinggi mencari instrumen lain dan itu biasa, menurut saya. Namun, itu tidak hanya satu-satunya. Bagaimanapun pasar itu tidak mungkin terus naik. Ada saatnya orang profit taking.

Kalau melihat dari Maret (2020) sampai sekarang kenaikannya cukup lumayan tinggi. Dari 4 ribu dan sudah 6 ribu, dengan koreksi sedikit seperti sekarang. 

Di sisi lain, mungkin institusi-institusi kita juga sedang menunggu, IPO yang cukup besar di bidang teknologi. Mudah-mudahan unicorn kita bisa masuk dan ini yang membuat orang sedang menunggu. Saya harapkan tidak akan lama lagi pasar akan kembali pulih.

Penurunan indeks dipengaruhi juga dengan aksi perusahaan asuransi yang mengalihkan dananya dari pasar modal?

Kita tahu ada satu kasus perusahaan asuransi yang memlih saham-saham kurang prudent. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah meminta untuk membatasi risiko investasi institusi asuransi di pasar modal. 

Artinya, institusi perlu lebih hati-hati dalam memilih saham, harus memiliki fundamental yang kuat. Pemilihannya tidak boleh serampangan dan tidak ada standar prosedurnya (SOP). Bukan berarti mengurangi investasi di saham. 

Termasuk juga kasus BPJS Ketenagakerjaan. Mungkin berdampak terhadap pasar modal, tapi tidak mengurangi (invetasi saham). Saya melihat institusi ini wait and see dulu sampai prosesnya (kasus di Kejaksaan) lebih clear

Jadi, kondisi pasar modal sekarang stabil meskipun terjadi peralihan investor ke kripto dan perusahaan asuransi sedang wait and see

Kalau berpengaruh terhadap indeks saat ini, mungkin iya. Tapi hanya sementara. Indeks ataupun pasar modal tidak mungkin hanya searah. Naik terus-menerus, itu tidak mungkin.

Ada kalanya suatu koreksi dan investor mencari keuntungan. Ini dinamis sekali dan saya harap tidak akan dalam waktu lama. 

Berikutnya: Outlook BEI di 2021 dan target IPO unicorn.

Halaman:
Reporter: Sorta Tobing, Lavinda, Dini Apriliana

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...