Uni Eropa Ingin Investigasi Independen Usut Asal Mula Covid-19
Petinggi Uni Eropa menginginkan investigasi ilmiah secara independen dalam mengusut asal mula virus corona atau Covid-19. Pengusutan mengenai asal mula dan pasien pertama virus Covid-19 ini menjadi sorotan setelah Amerika Serikat mengemukakan pentingnya mengetahui musabab sebenarnya kemunculan virus tersebut.
"Penyelidikan ilmiah independen tentang asal mula pandemi ini juga perlu," tulis Perwakilan Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell dalam kolom di edisi surat kabar Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ), dikutip dari Reuters, Jumat (15/5).
(Baca: Jurus Trump Pukul Tiongkok, Usut Misteri Pasien Pertama Corona Dunia)
Borrell juga mengatakan Tiongkok harus mengambil tanggung jawabnya "sepadan dengan kemampuannya" dalam menangani pandemi, penelitian vaksin, dan meningkatkan ekonomi global. Selain itu Tiongkok diharapkan berperan dalam upaya memberikan utang yang besar terutama bagi negara-negara berkembang yang paling keras terkena pukulan dari dampak pandemi.
AS, Uni Eropa dan Australia beberapa kali mendorong pengusutan asal mula virus corona. Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan juru bicara Komisi Eropa Virginie Henriksson mengatakan mengetahui asal muasal corona akan membantu dunia mencegah pandemi berbahaya ini terulang.
"Yang benar-benar penting adalah kami memiliki ulasan yang tepat, tinjauan independen yang melihat sumber dari hal-hal ini secara transparan, " kata Morrison hari Selasa (5/5) dikutip dari Bloomberg.
(Baca: Ilmuwan Hong Kong: Kemungkinan Besar Corona Berasal dari Kelelawar)
Polemik penyebab munculnya virus corona covid-19 hingga saat ini masih belum berakhir. Namun beberapa ahli dari University of Hong Kong menemukan bahwa pandemi in kemungkinan besar memang benar-benar datang dari kelelawar.
Studi ini dilakukan sekurangnya 20 ahli mikrobiologi dan bedah dari Fakultas Kedokteran University of Hong Kong. Mereka mereplikasi struktur usus kelelawar ladam Tiongkok (Rhinolophus Sinicus) dan berhasil menginfeksi selnya dengan Covid-19.
"Kelelawar ini mungkin benar-benar tuan rumah asli SARS-CoV-2", kata ahli mikrobiologi University of Hong Kong yakni Dr Yuen Kwok-yung dikutip dari South China Morning Post, Kamis (14/5).
Sebelumnya para ahli telah menganalisis sekuens genom dan mengungkapkan bahwa klaster SARS-CoV-2 ditemukan pada kelelawar. Bahkan ada kesamaan 96% pada virus corona BatCoV RaTG13 dan 88% dari dua jenis lainnya.
(Baca: Ilmuwan AS Peringatkan Tak Ada Jaminan Vaksin Ampuh Tangkal Corona)
Ahli dari Unversity of Hong Kong ini berhasil mendesain organoid dari usus kecil (entroid) kelelawar tersebut dan membandingkannya dengan kerja usus manusia. Dari hasil penelitian, keduanya ternyata rentan terhadap Covid-19.
“Usus kecil kelelawar ini sepenuhnya rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 dan mempertahankan replikasi virus yang kuat,” bunyi abstrak penelitian tersebut dikutip dari laman Nature Medicine.
Temuan ini sekaligus mengemukakan bahwa Covid-19 kemungkinan mampu menyerang usus dan tak hanya paru-paru. Meski demikian perlu penelitian lebih lanjut apakah kejadian ini diakibatkan asupan makanan atau reaksi sekunder virus di pernapasan.
“Apakah dari makanan yang terkontaminasi virus, dahak yang ditelan, atau virus yang masuk dari saluran pernapasan ke dalam aliran darah,” kata Yuen.
Namun para peneliti juga masih perlu melakukan studi lebih lanjut terhadap penyebab lebih detail infeksi corona di usus. “Namun kami usulkan usus manusia mungkin jadi tambahan rute penularan virus,” tulis mereka.
(Baca: Tipe Virus Corona di Indonesia Belum Teridentifikasi)