IEA: Konsumsi Gas Dunia Turun, Pasokan Melonjak

Maria Yuniar Ardhiati
9 Juni 2016, 09:43
Blok migas
Katadata

Pasar minyak dunia diprediksi menemukan keseimbangan baru pada tahun depan setelah mengalami masa sulit. Namun berlebihnya pasokan gas alam tetap ada hingga satu dekade mendatang. Hal ini disampaikan International Energy Agency (IEA), yang juga memangkas proyeksi konsumsi gas global selama empat tahun berturut-turut.

IEA memperkirakan permintaan gas dunia mencapai 3,9 triliun meter kubik atau 140 triliun kaki kubik pada 2021. Pada tahun lalu, jumlahnya tercatat 3,6 triliun meter kubik. (Baca juga: Tahun ini, Pemerintah Bangun 89 Ribu Jaringan Gas Rumah Tangga).

Konsumsi global akan tumbuh 1,5 persen per tahun sejak 2015 hingga 2021. Angka dalam prediksi ini turun dibandingkan proyeksi yang dikeluarkan tahun lalu, yaitu dua persen dari 2014 sampai 2020, berdasarkan laporan pasar gas jangka menengah atau Medium-Term Gas Market Report.

Rendahnya harga batu bara serta maraknya penggunaan energi terbarukan menjadi hambatan gas untuk tumbuh cepat dalam kondisi harga yang serba murah,” kata IEA seperti dikutip Bloomberg, Selasa, 8 Juni 2016.

Menurut mereka, pasar global masih akan kebanjiran pasokan gas hingga 2018. Permintaan dan penawaran belum mencapai titik keseimbangan sebelum 2021, karena pasokan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) naik hingga 45 persen pada 2021. Sebanyak 90 persen di antaranya ada di Amerika Serikat dan Australia. (Baca: SKK Migas Tambah Alokasi Gas Dalam Negeri).

Gas Amerika Serikat merosot 71 persen pada 2015 dengan harga rata-rata US$ 2,61 per million British thermal unit (MBTU), setelah mencapai harga tertinggi di tahun 2008. Harga di Inggris dengan acuan National Balancing Point turun 39 persen menjadi US$ 6,53 per MBTU. Sementara itu, harga batu bara di Amerika Serikat melemah ke level US$ 1,97 per MBTU dan di Eropa harganya terperosok hingga 62 persen menjadi US$ 2,34.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dalam konferensi di Brussels mengatakan harga gas dunia pun masih akan tertekan akibat melimpahnya pasokan LNG. Konsumsi gas di Eropa diperkirakan hanya tumbuh 0,3 persen per tahun. Sementara itu, permintaan di Amerika Serikat akan melambat karena pemerintah negara tersebut memberi dukungan terhadap penggunaan solar. Pemakaian gas di negara ini juga akan mengalami stagnasi hingga 2021 setelah naik 20 persen tahun lalu.

Di negara-negara Asia, pertumbuhan ekonomi yang konservatif di Korea Selatan diprediksi mendorong pemakaian gas turun 0,2 persen setahun. Kondisi tersebut masih lebih baik dibanding Jepang yang mengalami penurunan 11 persen selama enam tahun. (Baca: Pemerintah Tidak Akan Perpanjang Kontrak Gas Jangka Panjang).

Pertumbuhan permintaan di Cina menyentuh titik terendahnya selama lebih dari 15 tahun. Namun, permintaan gas dari negara ini akan jadi motor penggerak, dengan pertumbuhan 9,1 persen per tahun setelah mengalami kenaikan 4 persen tahun lalu. Jika konsumsi Cina melambat, maka berlebihnya pasokan gas di pasar dunia masih akan berlangsung sampai tahun 2020.

Jelas sudah, pasar gas dunia bergantung pada Cina dan negara-negara berkembang di Asia,” kata IEA.

Pasar berusaha menyerap kelebihan pasokan itu di tengah kondisi reaktor Jepang yang kembali beroperasi, murahnya harga batu bara, serta keberadaan pipa bahan bakar Rusia di Eropa. Sebelumnya di bulan Februari lalu, IEA menyebutkan, membludaknya produksi minyak yang membuat harga anjlok baru akan berakhir tahun 2017.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...