Imbas Restrukturisasi, Laba BRI Semester I Turun 37% Menjadi Rp 10,2 T

Image title
19 Agustus 2020, 14:36
Ilustrasi, Gedung PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). BRI membukukan laba bersih sebesar Rp 10,2 triliun sepanjang semester I 2020, turun 36,88% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Agung Samosir|KATADATA
Ilustrasi, Gedung PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). BRI membukukan laba bersih sebesar Rp 10,2 triliun sepanjang semester I 2020, turun 36,88% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Imbas restrukturisasi kredit untuk pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), performa PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sepanjang semester I 2020 turun. Pada paruh pertama tahun ini, BRI membukukan laba bersih sebesar Rp 10,2 triliun, turun 36,88% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, penurunan kinerja disebabkan karena perseroan melakukan restrukturisasi kredit terdampak pandemi virus corona atau Covid-19. Selain restrukturisasi, perseroan juga memberikan insentif penurunan suku bunga kredit kepada debitur terdampak pandemi corona.

"Dengan adanya restrukturisasi, maka tentu dampaknya adalah terlambat atau tidak diterimanya pendapatan bunga dari yang kontrak seharusnya," kata Haru dalam virtual conference, Rabu (19/8).

Ia menjelaskan hingga 31 Juli 2020 BRI sudah merestrukturisasi kredit dengan outstanding mencapai Rp 183,7 trilium atau setara dengan 21,3% dari total portofolio kredit. Nasabah yang direstrukturisasi oleh perseroan tercatat sebanyak 2,9 juta debitur.

Karena adanya restrukturisasi tersebut, pendapatan bunga BRI secara konsolidasi sepanjang paruh pertama tahun ini sebesar Rp 56,57 triliun. Raihan tersebut turun 5,7% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar Rp 60,02 triliun.

Penurunan pendapatan bunga ini berpengaruh pada turunnya rasio net interest margin (NIM) BRI, yang berasal dari pendapatan bunga bersih dibagi dengan rata-rata aktiva produktif. NIM perseroan per 30 Juni 2020 tercatat ada di level 5,63% turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level 6,79%.

Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan sejak awal pandemi corona perseroan sudah berkomitmen menyelamatkan, membantu dan membangkitkan kembali UMKM.

"Berbeda dengan sebelumnya, krisis kali ini memang sangat memukul pelaku UMKM," kata Sunarso.

Untuk itu, BRI juga berupaya mengakselarasi aktivitas ekonomi pelaku UMKM, di antara dengan menyalurkan pinjaman secara selektif. Sepanjang semester I 2020 perseroan menyalurkan kredit sebesar Rp 922,97 triliun, naik 5,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 877,07 triliun.

Dari total pinjaman tersebut, sebesar 78,58% atau senilai Rp 725,27 triliun disalurkan ke segmen UMKM. Perseroan menargetkan 80% portofolio pinjaman hingga 2022 merupakan pinjaman yang disalurkan ke segmen UMKM.

Dari sisi kualitas, BRI mencatat adanya peningkatan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL). Pada semester I 2020, NPL BRI ada di level 3,13% secara konsolidasi, naik dibandingkan level pada semester I 2019 sebesar 2,52%.

Berdasarkan segmennya, NPL paling besar disumbang oleh segmen korporasi di level 10,75%, padahal pada semester I 2019 tercatat hanya 4,83%. Penyumbang NPL terbesar pada segmen korporasi berasal dari perusahaan yang bergerak di bisnis manufaktur.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...