Sri Mulyani Anggarkan Rp 17 T agar Seluruh Daerah Terkoneksi Internet
Pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 17 triliun dalam APBN 2021 agar seluruh daerah di Tanah Air dapat terkoneksi dengan internet. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dukungan anggaran dibutuhkan lantaran transformasi digital tak mungkin terjadi jika sebagian wilayah Indonesia belum terkoneksi dengan layanan internet.
"Dukungan fiskal sangat dibutuhkan agar wilayah yang belum terkoneksi internet tidak semakin tertinggal," kata Sri Mulyani dalam pembukaan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia serta Peluncuran Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah, Senin (5/4).
Ia menjelaskan, anggaran sebesar Rp 17 triliun tersebut masuk dalam belanja kementerian/lembaga. Menurut Sri Mulyani, kebutuhan memperluas akses internet dalam empat tahun ke depan membutuhkan dana Rp 16-17 triliun per tahunnya.
Sri Mulyani juga mengalokasikan anggaran perluasan internet dalam bentuk dalam bentuk transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) sebesar Rp 9 triliun. Ia berharap, transformasi digital dapat dipercepat terutama di wilayah yang sulit dijangkau.
Saat ini, menurut dia, terdapat 47.900 desa dan kecamatan, termasuk 9.113 desa di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) yang belum terjangkau jaringan internet. Akibatnya, ada 93.900 sekolah dan pesantren, 6 ribu polsek dan koramil, serta 3.700 puskesmas yang belum merasakan jaringan internet.
Oleh karena itu, menurut dia, strategi transformasi digital untuk tahun ini adalah menyediakan base transceiver station di 5.503 lokasi desa 3T dan 12.077 poin akses internet. Selain itu, mencapai palapa ring level aggrement dan utilisasi bagian barat dan timur di atas 30-40%, serta literasi digital untuk 295 ribu orang.
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan operator seluler, XL Axiata sebelumnya mengungkapkan tiga tantangan dalam membangun infrastruktur di wilayah 3T. Ini dinilai menjadi alasan 12 ribu lebih desa belum terakses jaringan internet generasi keempat atau 4G.
Tantangan pertama yakni kondisi geografis di 3T cukup menantang, karena didominasi pegunungan dan akses transportasi yang terbatas. Selain itu, sebagian wilayah belum mendapat pasokan listrik.
"Untuk membangun infrastruktur internet di pegunungan Papua, kami butuh satu pesawat helikopter bolak-balik untuk memasang menara," kata Kepala Divisi Layanan Informasi Bakti Kominfo Ade Dimijanty Sirait saat webinar bertajuk ‘Kebutuhan Internet demi Menjaga Tumbuh Kembang Anak di Daerah 3T’, Selasa (8/12).
Kedua, biaya mahal. Chief Teknologi Officer XL Axiata I Gede Darmayusa mengatakan, beban modal untuk membangun sarana internet per lokasi di 3T 1,3 kali lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Biaya operasional juga dua kali lebih besar. "Membangun akses internet di daerah terpencil upayanya ekstra dibandingkan wilayah lain," kata Gede.
Ketiga, pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan telekomunikasi 10 kali lebih rendah dibandingkan non-3T. "Penghasilannya di bawah rata-rata, setiap membangun infrastruktur di wilayah ini," katanya.
Imbas ketiga kendala itu, ada 12.548 desa yang belum terakses internet 4G. Rinciannya, 9.113 desa masuk 3T, sementara 3.435 lainnya di luar wilayah itu.