Pembiayaan Utang Pemerintah Turun Rp 253 T pada Semester I Tahun Ini
Kementerian Keuangan mencatat, realisasi pembiayaan utang pemerintah hingga paruh pertama tahun ini mencapai Rp 191,9 triliun. Realisasi ini turun Rp 252,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Pembiayaan penerbitan utang semester 1 2022 ini turun tajam sebesar 56,9%. Ini indikator yang sangat baik dari sisi perbaikan kesehatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA Juli, Rabu (27/7).
Ia mencatat, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) selama Januari-Juni tahun ini sebesar Rp 182,4 triliun. Realisasinya turun 60,7% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara penarikan pinjaman baru secara neto mencapai Rp 9,5 triliun, naik dibandingkan tahun lalu yang tercatat minus Rp 19,1 triliun. Penerbitan pinjaman minus berarti pembayaran pinjaman yang dilakukan pemerintah lebih besar dibandingkan penarikan pinjaman baru.
Dengan realisasi tersebut, realisasi penerbitan utang pemerintah tahun ini baru mencapai 20,3% dari target awal. Dalam revisi UU APBN yang tertuang dalam Perpres 98 2002, pemerintah menargetkan penerbitan utang sebesar Rp 943,7 triliun.
"Turunnya penerbitan utang ini strategi yang tepat saat pasar obligasi dan pasar uang bergejolak karena geopolitik dan guncangan inflasi serta kenaikan suku bunga, ini menjaga kesehatan APBN," kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, pemerintah tetap menerbitkan obligasi global. Sepanjang semester pertama tahun ini, pemerintah sudah menerbitkan sukuk global US$ 3,25 miliar, serta obligasi global dengan denominasi yen Jepang sebesar 81 miliar.
Pemerintah juga sudah menerbitkan obligasi dalam rangka kerjasama dengan Bank Indonesia. Realisasi SKB I sebesar Rp 32,24 triliun, terdiri atas SUN sebesar Rp 17,16 triliun dan sukuk Rp 15,08 triliun.
Pemerintah juga meraup utang baru melalui private placement SBN dalam rangka Tax Amnesty Jilid II. Total penerbitan SUN sebesar Rp 1,06 triliun dan US$ 11,8 juta, serta sukuk Rp 529 miliar.
"Kita akan terus menjaga kesehatan APBN dalam guncangan yang makin kuat dari luar negeri maka harus membuat APBN tetap sehat sehingga tetap bisa melindungi masyarakat dan perekonomian kita," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menyiapkan lima strategi penerbitan SBN tahun ini, di antaranya:
- Optimalisasi SBN domestik melalui SKB III dengan Bank Indonesia
- Penyesuaian target lelang SBN
- Penyesuaian target SBN valas
- Target SBN ritel tetap tinggi
- Fleksibilitas pinjaman program dengan mempertimbangkan kondisi kas dan penyiapan buffer 2023