Buntut Perang Dagang, Google Setop Akses Huawei ke Sistem Android

ANTARA FOTO/REUTERS/WOLFGANG RATTAY
Sanksi perang dagang AS membuat Huawei tidak bisa mengakses layanan dan aplikasi milik Google, seperti Gmail, Chrome, dan YouTube.
Penulis: Hari Widowati
20/5/2019, 09.43 WIB

Alphabet Inc, induk usaha Google, menghentikan kerja sama dengan Huawei Technologies Co Ltd termasuk akses ke sistem operasi Android dan sejumlah layanan populer, seperti Google Play Store, aplikasi Gmail, Google Chrome, dan YouTube. Penghentian kerja sama ini dilakukan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memasukkan Huawei dalam daftar hitam (blacklist) sanksi perang dagang AS-Tiongkok.

"Huawei hanya bisa menggunakan versi publik dari Android dan tidak bisa mendapatkan akses ke aplikasi dan layanan dari Google," ujar sumber Reuters, Minggu (19/5). Huawei masih bisa mengakses sistem operasi Android yang tersedia melalui lisensi open source atau Android Open Source Project (AOSP). Namun, Google tidak lagi memberikan akses, dukungan teknis, dan kolaborasi untuk aplikasi dan layanannya untuk Huawei.

(Baca: Penjualan Smartphone Samsung dan Apple Turun, Huawei Melonjak)

Sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintah AS akan membuat Huawei kesulitan melakukan bisnis dengan mitra kerjanya di AS. Komisaris Huawei Eric Xu mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir perusahaan telah menyiapkan teknologi yang dikembangkan sendiri untuk mengantisipasi pemblokiran dari Google. Sebagian teknologi tersebut sudah digunakan di produk Huawei yang dijual di Tiongkok.

"Tidak peduli apapun yang terjadi, Komunitas Android tidak punya hak legal untuk memblokir perusahaan manapun untuk mengakses lisensi open source," kata Komisaris Huawei Eric Xu dalam wawancara dengan Reuters, Maret lalu.

Aplikasi populer dari Google, seperti Gmail, YouTube, dan Chrome akan hilang dari perangkat baru Huawei. Namun, pengguna perangkat Huawei yang memiliki akses ke Google Play Store masih bisa mengunduh pembaruan yang disediakan oleh Google.

Dampak pemblokiran Google ini di pasar Tiongkok diperkirakan minim. Pasalnya, sebagian besar aplikasi milik Google dilarang di negara tersebut. Sejumlah pengembang aplikasi lokal, seperti Tencent dan Baidu menyediakan aplikasi alternatif yang menggantikan aplikasi-aplikasi Google.

(Baca: Setelah Kalahkan Apple, Huawei Berpeluang Menyalip Samsung)

Bisnis Huawei di Eropa Diperkirakan Ikut Terpukul

Bisnis Huawei di Eropa diperkirakan bakal ikut terpukul karena Huawei mendapatkan lisensi layanan Google di benua tersebut. Eropa merupakan pasar terbesar kedua bagi Huawei setelah AS. "Memiliki aplikasi-aplikasi (yang disediakan Google) sangat penting bagi produsen ponsel pintar untuk tetap kompetitif di Eropa," kata Wakil Presiden Riset CCS Insight Geoff Blaber.

Penghentian kerja sama dengan Google ini membuat Huawei makin terpuruk. Pekan lalu, Huawei dilarang menyediakan jaringan 5G di Inggris. Seperti dilansir The Guardian, Perdana Menteri Theresa May memutuskan hal tersebut setelah bertemu dengan Dewan Keamanan Nasional atau National Security Council (NSC).

Laporan Henry Jackson Society menyebut Huawei sejak lama dituding melakukan aksi spionase. Tudingan ini berkali-kali dibantah oleh Huawei karena tidak ada kasus yang bisa membuktikan hal tersebut.

Pemerintah Inggris didesak oleh agen intelijen negara-negara yang menjadi mitranya, yakni AS dan Australia, untuk mempertimbangkan kembali partisipasi Huawei dalam tender jaringan 5G. Padahal, May telah menyetujui bahwa Huawei akan menjadi bagian dari jaringan 5G di Inggris pada April lalu.

(Baca: Mampu Jual 59 Juta Unit, Pendapatan Huawei Meroket 39%)