Pertamina Tarik Pekerjanya dari Lapangan Migas di Irak

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, gedung Pertamina di kawasan Jakarta Pusat (09/08/2019). Pertamina menarik pekerja keluar dari Irak menyusul konflik Amerika Serikat (AS) dan Iran yang memanas pada akhir pekan lalu.
8/1/2020, 08.49 WIB

Pemerintah AS pada pekan lalu menginstruksikan warga negaranya untuk pergi dari Iran. Minggu (5/1) malam, Presiden AS Donald Trump bahkan mengirim tambahan 3.000 pasukan ke Kuwait untuk memperkuat keberadaan militer AS di Timur Tengah.

Hal itu disampaikan setelah serangan udara AS membunuh Komandan Militer Iran Qasem Soleimani dan Komandan Militer Irak Abu Mahdi al-Muhandis. AS menuding Soleimani merencanakan serangkaian serangan yang bisa membahayakan pasukan AS dan para diplomat di Timur Tengah.

(Baca: Konflik AS-Iran Memanas, Chevron Tarik Pekerja Ekspatriat dari Irak)

Ia juga dinilai bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan AS dan sekutunya sejak mereka melakukan invasi ke Irak pada 2003. Pasukan elite Quds memiliki jaringan di Irak, Lebanon, Afghanistan, dan Yaman.

AS menyebut Soleimani dan pasukannya sebagai teroris. Namun, Soleimana justru dinilai berjasa membantu pasukan Suriah memukul mundur ISIS pada tahun lalu.

Masyarakat Iran pun mengibarkan bendera merah di atas kubah Masjid Jamkaran, di Kota Suci Qom, Iran dalam upacara penghormatan terhadap almarhum Qassem Soleimani. Hal ini menandakan Iran siap membalas serangan AS.

Dalam sejarah Syiah, bendera merah merupakan simbol pertumpahan darah yang tidak adil dan menjadi panggilan untuk membalaskan dendam orang yang tewas. Pengibaran bendera merah tersebut merupakan yang pertama kali terjadi dalam sejarah Iran setelah negara tersebut bersumpah akan menuntut balas atas kematian Jenderal Soleimani.

Iran pun melancarkan serangan ke pangkalan militer AS di Irak pada Rabu (8/1) dini hari. Iran meluncurkan misil lebih dari selusin terhadap dua pangkaran militer Negara Paman Sam tersebut yang berada di Irak. Tentara AS pun diminta mundur dari wilayah tersebut untuk menghindari lebih banyak korban.

(Baca: Konflik AS-Iran Dikhawatirkan Ganggu Ekspor RI ke Timur Tengah)

Halaman: