Kementeiran Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan cara menekan penggantian biaya operasi atau cost recovery di Blok Rokan. Salah satunya dengan mengubah cara pengolahan limbah hasil produksi blok terebut.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan untuk menekan cost recovery, Chevron selaku operator Blok Rokan harus mengolah limbah di dekat wilayah operasional. Selama ini pengolahan tanah yang terkontaminasi Minyak (TTM) membuat cost recovery di Rokan membengkak.
Pembengkakan itu karena tanah yang terkontaminasi dibawa ke tempat pengolahan limbah di Cibinong, Kabupaten Bogor. Ongkos angkut ini mau tidak mau mengerek cost recovery yang harus dibayarkan pemerintah.
Untuk itu, ke depan, limbah tersebut tidak perlu lagi dibawa ke Cibinong. Sebaiknya, limbah dikelola di wilayah sekitar tambang. Salah satunya bisa dengan mengolah menjadi aspal. Itu akan lebih berguna bagi masyakarat.
Selain itu, upaya tersebut bisa menekan cost recovery. ”Akhirnya kesimpulannya di-dumping. Cara ini cost saving bisa US$ 800 juta sampai 1 miliar," kata Arcandra di Jakarta, Jumat (10/8).
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, realisasi cost recovery di seluruh blok produksi di Indonesia, hingga Juni 2018 mencapai US$ 5,2 miliar. Angka itu sudah 51% dari target APBN sebesar US$ 10,1 miliar.
(Baca: Biaya Produksi Blok Rokan Diprediksi Membengkak)
Hingga akhir tahun, cost recovery diperkirakan terus naik dan melebihi dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Adapun, dari prediksi SKK Migas biaya penggantian itu mencapai US$ 11,34 miliar hingga akhir tahun.