Kenaikan Harga Batu Bara Akan Picu Inflasi

Arief Kamaludin|KATADATA
Berbahan bakar batu bara, listrik PLTU Suralaya yang mempunyai total kapasitas 3.400 MW mengalir di Pulau Jawa, Bali, dan Madura.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
9/2/2018, 10.39 WIB

Kenaikan harga batu bara diprediksi bisa berpengaruh secara tidak langsung pada inflasi tahun ini. Hal ini lantaran ada rencana pemerintah membuat formula tarif listrik menggunakan harga batu bara.

Harga Batu Bara Acuan (HBA) bulan Februari kembali naik menjadi US$ 100,69 per ton, dari US$ 95,54 per ton pada bulan lalu. Kenaikan harga ini dapat menyebabkan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) yang pada akhirnya bisa mengganggu daya beli masyarakat, penyebab inflasi.

"Inflasi terbesar 2017 kan listrik 0,8 persen sendiri kontribusinya," ujar Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati kepada Katadata, Kamis (8/2).

Naiknya harga batu bara, industri-industri yang menggunakan batu bara sebagai bahan pokoknya akan terkena imbasnya, termasuk PLN. Sekitar 60 persen pembangkit-pembangkit listrik PLN menggunakan batu bara sebagai bahan pokok.

(Baca: Pekerja PLN Minta Pemerintah Kendalikan Harga Batu bara dan Gas)

Enny tidak menyarankan pemerintah memberikan subsidi untuk PLN. Karena anggaran untuk subsidi listrik sangat besar. Dia menilai langkah terbaik bagi pemerintah adalah membuat kebijakan agar PLN membeli batu bara dengan harga khusus.

Halaman: