Jelang Holding Migas, Pertagas Akan Pisahkan Dua Anak Usaha

ANTARA FOTO/Rahmad
Pekerja PT Perta Arun Gas melakukan pengawasan rutin pada fasilitas pelabuhan khusus Liquefied Natural Gas (LNG) Blang Lancang, Lhokseumawe, Aceh, Rabu (20/7).
Penulis: Arnold Sirait
5/2/2018, 07.53 WIB

PT Pertamina Gas/Pertagas berencana memisahkan dua anak usahanya yakni PT Perta Arun Gas dan PT Perta Samtan Gas. Langkah ini diambil untuk memudahkan perusahaannya konsolidasi dengan induk usaha yakni PT Pertamina (Persero).

Direktur Utama Pertagas Suko Hartono mengatakan kedua anak usaha itu nantinya akan masuk ke induk perusahaannya yaitu Pertamina. “Nanti dikelompokkan menjadi PT Perta Badak Arun Solusi,” kata dia akhir pekan lalu dalam diskusi bertajuk “Outlook Industri dan Gas 2018” di Bogor, Jawa Barat.

Dengan kebijakan tersebut, anak usaha yang tersisa adalah PT Perta Daya Gas dan PT Pertagas Niaga yang bergerak di bidang niaga gas bumi. Pertagas Niaga tidak dipisahkan karena masih satu kesatuan dengan Pertagas.  

Keluarnya dua anak usaha itu pun berpengaruh terhadap laba Pertagas. Laba Pertagas tahun 2018 sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran (RKAP) turun menjadi US$ 116 juta. Padahal tahun 2017, menurut laporan keuangan yang sudah diaudit, Pertagas bisa meraup laba bersih sekitar US$ 141 juta.

Laba bersih tahun lalu itu paling besar disumbang oleh Pertagas sebesar 67%. Kemudian sisanya disumbang anak usaha. Anak usaha yang menyumbang laba paling besar adalah Perta Samtan. Perusahaan yang bergerak di bidang elpiji ini membukukan laba bersih US$26,7 juta.

Kemudian disusul Perta Arun Gas dengan laba US$24,59 juta. Adapun Pertagas Niaga memberikan kontribusi laba bersih US$9,59 juta dan Perta Daya sebesar US$644 ribu.

Vice President Direktur Perta Samtan Gas Aris Mahendrawanto mengatakan Perta Samtan baru berkontribusi 3% dari total kebutuhan elpiji nasional. Adapun produksi elpiji tahun lalu bisa mencapai 195 ribu metrik ton.

Dengan produksi sebesar itu, Perta Samtan berhasil memperoleh pendapatan US$106,9 juta. “Kinerja bergantung pada harga jual CP Aramco,” kata Aris.

Target laba bersih

Sementara itu, untuk tahun 2018, Pertagas Niaga menargetkan bisa memperoleh laba sebesar US$ 24 juta. Kenaikan target laba yang hampir mencapai  150% ini akan ditopang oleh 32 pelanggan baru gas bumi dan rencana memasok gas alam cair (liquified natural gas/LNG) untuk sejumlah pembangkit PLN.

Tahun 2018, ada rencana memasok LNG ke PLN Batam. Kemudian Bangka Belitung 28 BBTUD dan ke pembangkit Sambera dengan volume 7,5 BBTUD mulai April.  

Direktur Teknik dan Komersial Pertagas Niaga Melanton Ganap mengatakan target penjualan tahun ini juga meningkat menjadi 238 mmscfd. Tahun lalu hanya 79 mmscfd. 

Selain Pertagas Niaga, target laba Perta Arun Gas tahun depan meningkat menjadi US$ 27 juta dari realisasi tahun 2017 US$ 24,59 juta. “Target ditingkatkan karena ada pengembangan hub gas alam cair (LNG). Kalau hub jalan, LNG bisa dari mana saja," kata Direktur Operasi dan Teknik PT Perta Arun Gas,  Budiyana.

Kegiatan regasifikasi Perta Arun tahun ini juga berpeluang meningkat. Ini bisa terjadi kapal pembangkit listrik Karadeniz Powership Onur Sultan atau Marine Vessel Power Plant (MVPP) milik Turki yang disewa PLN berganti dari Bahan Bakar Minyak ke Gas.

(Baca: Kapal Pembangkit Turki Pasok Listrik 240 MW ke Sumatera Utara)

Kapal tersebut memiliki 19 mesin dimana masing-masing mesin akan membutuhkan gas sekitar 5 MMSCFD. Adapun tahun ini target Pertagas bisa meregasifikasi 16 kargo.