Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan keinginannya untuk menguasai 20 persen tambang batu bara dalam negeri. Alasannya perusahaan setrum pelat merah ini ingin memastikan pasokan batu bara yang cukup dan harga yang ekonomis untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Kami ingin membeli izin untuk mempunyai sumber suplai batu bara sebesar 20 persen," kata Direktur Bisnis Regional Kalimantan Djoko Abumanan kepada wartawan usai Forum Bisnis PLN di Jakarta, Jumat (21/7). (Baca: Revisi Rencana Listrik, PLN Tambah 4.000 MW PLTU Mulut Tambang)
Dia mengatakan usulan ini telah disampaikan kepada pemerintah dan sudah masuk tahap pengkajian untuk ditetapkan regulasinya. Saat ini PLN masih menunggu keputusan dari pemerintah untuk memberikan izin kepada PLN menjadi pelaksana tambang batu bara.
Menurutnya selama ini pembangkit mulut tambang kurang menarik, karena pasokannya yang sulit dan harganya mahal. Dia membandingkan kondisi yang terjadi di Kalimantan sebagai lumbung batu bara, dengan Jawa. harga batu bara yang dijual di Jawa lebih murah dibandingkan Kalimantan. Makanya PLTU Mulut Tambang menjual listrik lebih mahal dibandingkan PLTU lain.
"Pada tahun lalu, itu regulasi pembangkit listrik tambang tidak berpihak pada industri listrik. Mengapa? Harga market (pasar) dan harga batubara mulut tambang lebih murah harga market yang terjadi," ujarnya.
Djoko menyatakan langkah untuk memiliki tambang batu bara sendiri dilakukan untuk menjaga rantai suplai energi listrik untuk PLTU mulut tambang. Terutama di Sumatera Selatan dan Kalimantan yang merupakan daerah kaya sumber daya batu bara.
Dengan penguasaan 20 persen tambang, kata Djoko, PLN bisa menghindari permainan harga batu bara. Apalagi sekitar 50 persen sumber energi listrik berasal dari batu bara."PLN sebagai pengguna pertama, harus pegang," kata Djoko. (Baca: Revisi Rencana Listrik: Pembangkit Batubara Dominan, Gas Berkurang)
Menurut Djoko, tren mulut tambang batu bara mulai naik ketika pemerintah menerbitkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026. Dengan RUPTL, peluang bagi pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) terbuka lebar.
Demi mencapai target pembangkit listrik 35 gigawatt (GW), PLN juga akan membuka peluang investor asing bisa masuk dalam kepemilikin tambang batu bara. Pasalnya menurut Djoko, megaproyek 35 MW memang ditujukan untuk pemerataan pembangunan ekonomi.
Selain industri batu bara, Djoko mengajak industri pengguna listrik untuk masuk ke Kalimantan dan Sumatera supaya bisa memanfaatkan listrik yang PLN sediakan. "Kalau kami sudah sediakan listrik, tapi tak ada yang menggunakan, nanti akan oversupply (kelebihan pasokan listrik)," ujarnya.
(Baca: Bappenas: Ada Peluang Ekspor Listrik dari PLTU Mulut Tambang)
Kepala Satuan Komunikasi PLN I Made Suprateka menjelaskan tujuannya menyelenggarakan Forum Bisnis PLN adalah untuk mengundang para investor. Dia juga menyatakan kesiapan PLN menyediakan listrik bagi masyarakat dan industri.
"Kami ingin menginformasikan untuk mengundang investor membangun produksi dengan sumber resources yang ada di daerah Anda," ujarnya.