Peralihan Konsumsi Premium ke Pertalite Melambat

Arief Kamaludin|KATADATA
22/5/2017, 20.15 WIB

"Ini yang kami pacu. Kemarin kan Jawa, Sumatera sudah. Kalimantan belum tersedia, kami siapin.  Sulawesi, Maluku, Papua juga kita siapkan," kata dia.

Berdasarkan data Pertamina, sebelum Pertalite diluncurkan, konsumsi Premium mencapai 93 persen dari total konsumsi BBM. Sementara produk Pertamax dan Pertamax plus sebesar 8 persen. Pada Desember 2015 saat Pertalite sudah muncul dipasaran, komposisi pangsa pasar Premium turun menjadi 87,4 persen dan Pertalite mengambil porsi 3,9 persen.

Porsi Premium kembali turun pada Juli 2016, menjadi hanya 68,7 persen. Sementara Pertalite naik menjadi 15,8 persen. Rata-rata konsumsi Pertalite yang tercatat pada Juli 2015 sebesar 327 kiloliter, lalu melonjak menjadi 15.000 kl pada Juli 2016. (Baca: Impor Pertamax Naik 4 Kali Lipat Tahun Lalu, Premium Turun)

Dalam waktu dua tahun terakhir, pangsa pasar Premium anjlok dari 85 persen menjadi tersisa 44 persen. Saat ini, rata-rata konsumsi Premium hanya 38 ribu kl per hari. Adapun jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang menjual Pertalite pada juli 2015 baru 103 unit, bertambah menjadi 3.358 unit pada Agustus 2016.

Vice President Retail Fuel Marketing Pertamina Afandi menyatakan peralihan BBM ke Pertalite bukan untuk menghapus keberadaan Premium. Melainkan untuk memberikan pilihan BBM berkualitas kepada masyarakat.

Dia juga membantah isu terkait stok premium sengaja dikosongkan di beberapa SPBU agar masyarakat mau tidak mau memakai pertalite. "Tidak ada laporan SPBU kosong Premium secara masif," kata dia. (Baca: 44 Persen Pengguna Premium Beralih ke Pertalite dan Pertamax)

Halaman: