Pemerintah India menyatakan minat untuk bekerja sama dengan Indonesia di sektor minyak dan gas bumi (migas). Hal ini disampaikan delegasi pemerintah India saat berkunjung ke Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hari ini.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Investasi dan Pengembangan Infrastruktur Prahoro Yulianto Nurcahyo. Sementara Delegasi India dipimpin oleh Joint Secretary of Ministry of Petroleum & Natural Gas, Government of India Sunjay Sudhir.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan banyak peluang investasi sektor hulu dan hilir migas yang dibidik oleh India. Salah satu yang diincar India adalah peluang investasi di sektor pengolahan minyak. India berminat menggarap pembangunan proyek Kilang Bontang.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, India memiliki banyak kilang dengan total kapasitas 230,1 juta ton per tahun (MTPA). Adapun 80 MMTPA diantaranya dimiliki oleh swasta. Dengan kapasitas tersebut, kilang minyak di India dinobatkan terbesar kedua di Asia.
(Baca: Kunjungi Timur Tengah, Arcandra Tawarkan Proyek Kilang Bontang)
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Jonan mengutus tim dari Kementerian ESDM termasuk dari PT Pertamina (Persero) untuk melawat ke India pekan depan. "Saya akan minta hadir dengan bicara dengan operator mereka di sana untuk kerja sama yang mudah-mudahan bisa saling menguntungkan," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (20/4).
Minister of State for Power, Coal, New & Renewable Energy and Mines India Piyush Goyal mengatakan pekan depan pihaknya akan melakukan diskusi intensif dengan perwakilan dari pemerintah Indonesia untuk membicarakan kerja sama ini.
"Menteri jonan telah menunjukkan bahwa dia pengambil keputusan yang cepat. kami diskusi bahwa akan ada tim kecil yang akan datang ke India, untuk diskusi tentang kilang, hulu migas, dan lainnya," kata dia di tempat yang sama. (Baca: Pertamina Buka Peluang Aramco dan Rosneft Garap Kilang Bontang)
Selain tertarik menggarap kilang Bontang, India dan pemerintah Indonesia juga menyepakati beberapa kerjasama di sektor migas. Pertama, berbagi pengalaman terkait reformasi subsidi elpiji yang berhasil dilakukan oleh India.
Kedua, berkolaborasi dalam pembangunan fasilitas penyimpanan dan regasifikasi terapung (FSRU) dan optimalisasi gas alam cair (LNG), sebagai upaya menurunkan harga gas. Ketiga, kerjasama di sektor hulu migas dengan menggunakan skema gross split.
Kelima, kerja sama dalam pemurnian teknologi. Keenam, peningkatan kapasitas gas untuk pembangkit listrik. Ketujuh, pembangunan gas kota (city gas). Kemudian kerjasama terkait konversi BBM ke gas untuk truk, kapal laut dan kereta api.
(Baca: Indonesia Tawarkan Investasi di Lima Sektor Industri ke IORA)
Menurut Piyush, pihaknya tertarik mempelajari program konversi BBM ke BBG di Indonesia. Upaya ini tengah dilakukan negaranya agar dapat menciptakan kualitas udara yang bersih di India, dengan menggunakan sumber bahan bakar gas yang ramah lingkungan.
"Kami berharap bisa belajar dari kesuksesan Indonesia dalam mengganti bahan bakar kerosin dan diesel jadi gas buat bus dan truk," kata dia.
Kesepakatan dan kerjasama antara pemerintah India dan Indonesia itu tertuang dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama dalam bidang migas yang dilakukan hari ini. Nota kesepahaman itu merupakan perbaruan kerja sama sebelumnya yang telah berakhir pada 25 Januari 2016 lalu. Adapun pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo ke India pada bulan Desember 2016, serta kelanjutan dari The 1st Indonesia-India Joint Working Group on Oil and Gas yang dilakukan di Bali pada 4-5 Juni tahun 2012.
India juga tertarik bekerjasama di sektor energi baru terbarukan. Perusahaan listrik di India ingin mengajak PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bekerjasama mengembangkan produk lampu LED yang bisa menghemat pemakaian listrik. Selain itu, India juga tertarik untuk mengembangkan eksplorasi dan eksploitasi tambang batu bara kualitas coking yang bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja.