Imbas Pandemi, Target Produksi Migas Tahun Depan 1,7 Juta Barel

Pertamina Hulu Energi
Ilustrasi blok migas
18/6/2020, 22.06 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan, produksi minyak dan gas bumi (migas) ditarget hanya 1.712 ribu barel setara minyak per hari (boepd) pada 2021. Rinciannya, 705 ribu barel minyak per hari (bopd) dan gas 1.007 ribu boepd.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, pandemi corona membuat harga minyak anjlok. Ini juga yang menyebabkan realisasi lifting migas turun tahun ini.

Pada awalnya, SKK Migas menargetkan produksi migas 1.946 ribu boepd tahun ini. Rinciannya, minyak 755 ribu bopd dan gas 1.191 ribu boepd.

Namun, target produksi migas pada 2020 itu pun dipangkas menjadi 1.697 ribu boepd. Rinciannya, minyak menjadi 705 ribu bopd dan gas 992 ribu boepd.

(Baca: Serapan PLN Rendah, Lifting Gas Mei 2020 Hanya 5.253 MMSCFD)

Dengan demikian, proyeksi lifting migas pada 2021 naik tipis dibanding target revisi tahun ini yang hanya 1.697 ribu boepd. Kendati begitu, target produksi 1.712 ribu boepd ini bersifat sementara atau berpeluang untuk diubah.

"Ini sangat tergantung pada penetapan melalui APBN, yang kami usulkan ke pihak terkait dan mohon dukungan. Ini angka yang masih bersifat sementara," kata Dwi saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Kamis (18/6).

Selain itu, rendahnya harga minyak dunia berpengaruh besar terhadap agresivitas investasi di sektor hulu migas. Oleh karena itu, SKK Migas tengah mengevaluasi blok migas yang berpotensi untuk mendapatkan insentif dari pemerintah.

(Baca: SKK Migas: Lifting Migas RI Telah Capai 90% dari Target APBN 2020)

Di samping itu, pandemi Covid-19 mempengaruhi besaran serapan gas domestik. Jika dibandingkan dengan target APBN 2020 yang sebesar 6.670 MMscfd, maka realisasi lifting/salur gas pada Mei hanya 5,658 MMscfd atau 84,8% dari target.

Dwi menambahkan, pandemi virus corona juga berimbas pada besaran penerimaan negara. Dalam APBN 2020, penerimaan negara ditarget US$ 14,46 miliar. Ini dengan asumsi harga minyak Indonesia (ICP) US$ 63 per barel dan produksi migas 1.946 ribu boepd.

Namun, Dwi memproyeksikan penerimaan negara dari sektor ini hanya US$ 5,86 miliar pada tahun ini. "Ini perkiraan sesungguhanya dari dampak penurunan harga minyak dan Covid-19. Ini mengakibatkan pengurangan US$ 2,97 dan penyesuaian harga gas untuk industri tertentu US$ 0,68," ujarnya.

(Baca: SKK Migas Targetkan 61 Pelaku Industri Baja Dapat Penurunan Harga Gas)

(REVISI: Artikel ini mengalami perubahan pada 18 Juni 2020, pukul 22.32 WIB, pada bagian judul dan pengantar. )

Reporter: Verda Nano Setiawan