Target produksi batu bara nasional pada 2021 tidak berbeda dengan tahun ini. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan angkanya di 550 juta ton.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Sujatmiko beralasan konsumsi tahun depan masih terpengaruh pandemi Covid-19. “Kami masih mempertimbangkan (aspek) pemulihannya, baik untuk pasar domestik dan ekspor,” ujarnya dalam acara Minerba Virtual Expo 2020, Kamis (10/12).
Untuk realisasi produksinya saat ini telah mendekati target. Per 10 Desember, angkanya di level 514,20 juta ton. “Sudah mencapai 94% dari target,” ujar Sujatmiko.
Dari realisasi produksi tersebut, sebanyak 218,17 juta ton dipasok ke pasar ekspor. Sedangkan 108,45 juta ton untuk kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO).
Sebelumnya, Kementerian ESDM memberikan keleluasaan bagi perusahaan batu bara yang ingin mengajukan revisi rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) pada 2020. Pasalnya, permintaan komoditas tambang itu menurun secara global karena pelemahan ekonomi yang terimbas Covid-19.
Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Minerba Kementerian ESDM Sri Rahardjo mengatakan permintaan batu bara melemah secara global. “Banyak negara tujuan ekspor melakukan pembatasan (lockdown), otomatis penjualan berkurang dan pengurangan produksi bisa terjadi,” katanya beberapa waktu lalu.
Harga Batu Bara Acuan Naik di Desember 2020
Harga batu bara acuan alias HBA pada Desember 2020 pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) sebesar US$ 59,65 per ton. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 7,07% atau US$ 3,94 per ton dibandingkan November.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian Energi dan Sumber Daya MIneral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan, penyebab kenaikan harga ini tak lepas dari meningkatnya permintaan pasar global.
Jepang, Korea Selatan, dan India sedang gencar-gencarnya melakukan impor batu bara dari Indonesia untuk memenuhi kebutuhan industrinya. "Ini menandakan pulihnya industri di negara-negara tersebut," kata Agung berdasarkan keterangan tertulis, Rabu (3/12). Faktor lainnya, penandatanganan kesepakatan ekspor batu bara RI ke Tiongkok.
Dalam tiga bulan terakhir, pergerakan HBA terus naik setelah hampir sepanjang tahun mengalami kelesuan akibat pandemi Covid-19. Pada Oktober, misalnya, harga batu bara di angka US$ 51 per ton dan bulan sebelumnya hanya di angka US$ 49,42 per ton. Secara keseluruhan, rata-rata harga acuan batu bara sepanjang 2020 sebesar US$ 58,17 per ton.
Sebagai informasi, penentuan harga acuan tersebut berdasarkan rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya. Kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal per kilogram GAR.