Tekan Impor LPG, Pemerintah Bakal Genjot Pembangunan Jaringan Gas

ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.
Warga melintas di sekitar jaringan pipa gas milik PGN di Kompleks Rusun Boing, Kemayoran, Jakarta, Sabtu (30/5/2020).
21/12/2020, 11.09 WIB

Pemerintah bakal menggenjot pembangunan jaringan pipa gas rumah tangga alias jargas guna menekan kebutuhan liquefied petroleum gas (LPG) alias elpiji. Pasalnya, konsumsi bahan bakar untuk memasak itu terus meningkat dari tahun ke tahun. Pasokannya pun sebagian besar produk impor. 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan jargas tahun ini sudah mencapai 500 ribu sambungan rumah. “Jumlahnya akan naik dua kali lipat lagi, diharapkan dalam beberapa tahun ke depan,” kata di dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (21/12). 

Dengan masifnya pembangunan jargas, harapannya impor elpiji pun berkurang. Tak hanya itu, gas bumi juga memiliki peran penting guna mendukung pertumbuhan industri dalam negeri. Pemerintah saat ini telah menurunkan harga gas industri menjadi maksimal sebesar US$ 6 per juta British Thermal Unit (MMBTU). 

Target Jargas 2021

Sebagai informasi, pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga atau jargas pada tahun depan akan mencapai 120.776 sambungan rumah atau SR. Jaringan ini targetnya akan tersebar di 21 kabupaten atau kota. Sebagian besar jargas tersebut berlokasi di Jawa Timur dan Jawa Barat.

Kepala Sub Direktorat Perencanaan dan Pengadaan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wahyudi Akbari sebelumnya mengatakan supaya pembangunan jargas berjalan lancar, pemerintah mendorong kontraktor pemenang lelang langsung mengurus perizinan . “Kami juga meminta dukungan daerah soal ini,” kata dia..

Harapannya, pada April atau Mei 2021 semua perizinan telah rampung. Proses pembangunan pun dapat segera berjalan.

Pembangunan jargas pada 2021 merupakan akumulasi jaringan yang tidak terbangun pada tahun ini. Pandemi Covid-19 membuat jumlah jaringannya terpangkas separuh menjadi 127.864 sambungan rumah dengan alokasi anggaran Rp 1,4 triliun.

Realisasinya saat ini telah melampaui target. Angkanya di 135.286 sambungan di 23 kabupaten atau kota. Penambahan sebanyak hampir 6% tersebut dipicu permintaan dari pemerintah daerah.

Wahyudi mengatakan pemerintah mematok pembangunannya dapat mencapai 4 juta sambungan pada 2024. Hingga 2019 baru 537.936 sambungan rumah menerima jaringan gas. Sebanyak 400.269 sambungan jargas atau 74,41% dibangun melalui anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN.

PT Perusahaan Gas Negara Tbk membangun jaringan sebanyak 132.977 sambungan atau 24,72%. Pertamina ikut berkontribusi membangun jargas sebanyak 4.680 SR. Lokasinya berada di 17 provinsi dan tersebar di 49 kabupaten/kota.

Tantangan besar pembangunan jargas adalah pipanya yang melewati jalan, jalur rel kereta api, dan jembatan. Pembangunannya pun kerap mengalami kesulitan ketika harus berdampingan dengan utilitas lain, seperti pipa saluran air, jaringan listrik, dan telekomunikasi. “Tantangan lainnya, fasilitas jargas membutuhkan lahan untuk penempatan alat ukur regulator sector (RS) dan metering regulator system (MRS),” katanya.

Reporter: Verda Nano Setiawan