Babak Baru Kilang Tuban Usai Rampung Perkara Lahan

123rf
Ilustrasi. Pembebasan Kilang Tuban, Jawa Timur, telah rampung 99%.
18/2/2021, 15.54 WIB

Proses pembuatan desain dan rancang bangun tak kalah krusial. "Saya memperkirakan  pekerjaan EPC bisa dimulai secepatnya atau pada 2022 sehingga selesai di 2026," kata Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan

Harapannya, proyek ini dapat berjalan lancar tanpa hambatan. Partner yang digandeng Pertamina pun cukup bagus dan memiliki pengalaman mengelola kilang. 

Rosneft merupakan perusahaan energi terintegrasi asal Rusia. Kantor pusatnya berada di Moskow. Bisnis intinya adalah eksplorasi, ekstraksi, produksi hingga penjualan minyak dan gas bumi (migas). Wilayah operasinya berada di lebih 20 negara. 

Posisinya secara global merupakan salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia yang melantai di bursa. Di Rusia, ia menjadi perusahaan terbesar kedua yang dikendalikan negara. 

Ilustrasi Kilang Pertamina. (Katadata)

Kilang Masih Dibutuhkan Meski Proyek Baterai  Digaungkan

Selain fokus pada pembangunan kilang, Pertamina juga akan masuk ke ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai. Pengembangan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia akan melibatkan konsorsium badan usaha milik negara (BUMN).

Pertamina bersama MIND ID (Inalum), PLN, dan Aneka Tambang (Antam) akan bergabung membentuk holding bernama Indonesia Battery Corporation (IBC).

Moshe berpendapat keberadaan proyek baterai tak akan membuat bisnis kilang terganggu. “Kilang nantinya akan terintegrasi dengan produk petrokimia. Kebutuhannya akan terus naik di masa depan,” ucapnya. 

Masa depan kendaraan listrik atau EV masih panjang dan belum akan menggantikan peran migas dalam waktu dekat. “Minyak masih dibutuhkan dan keberadaan kilang akan memperbaiki neraca perdagangan kita,” kata Moshe.

Proyek peningkatan kapasitas kilang memang salah satunya untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Kehadirannya akan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini membebani keuangan negara. Databoks berikut ini menampilkan tren impo minyak dan BBM. 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira pun berpendapat serupa. Pertamina masih akan sibuk mengurus minyak. Transisi energi BBM ke baterai listrik butuh waktu lama. 

Pertamina, sebagai perusahaan pelat merah, akan lebih realistis melihat kebutuhan BBM yang terus meningkat. Apalagi mobilitas masyarakat diprediksi akan pulih apabila pandemi Covid-19 berakhir. 

Pemerintah juga memberikan kebijakan insentif untuk mobil murah ramah lingkungan (LCGC) melalui diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). "Saya justru melihat yang lambat justru di bisnis baterainya,” kata Bhima. 

Proyek Grass Root Refinery Tuban akan meningkatkan kapasitas pengolahan minyak sebesar 300 ribu barel per hari. Dengan begitu, kebutuhan BBM dapat terpenuhi dari dalam negeri.

Produknya bakal menghasilkan BBM berstandar Euro V, berupa gasoline sekitar 80 ribu barel per hari, gasoil 100 ribu barel per hari, dan avtur 30 ribu barel per hari. Kilang ini rencananya terintegrasi dengan kilang petrokimia yang memproduksi 3.750 kilo ton per tahun (KTPA). 

Pembangunan kilang tersebut menyerap 35% tingkat komponen dalam negeri (TKDN), tenaga kerja sebanyak 20 ribu orang saat konstruksi dan 2.500 orang saat operasi. Dalam pembangunan tahap awal, Pertamina telah menyerap 271 tenaga kerja lokal dari Tuban.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan