Harga minyak mentah melonjak di atas US$ 70 per barel pada awal perdagangan pekan ini, Senin (8/3). Kenaikannya terjadi menyusul laporan serangan rudal terhadap fasilitas minyak Arab Saudi.
Melansir dari Bloomberg, harga minyak jenis Brent naik 2,64% menjadi US$ 71,19 per barel pada pukul 09.52 WIB. Lalu, minyak West Texas Intermediate (WTI) bertambah 2,53% menjadi US$ 67,76 per barel. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Pemberontak Houthi dari Yaman, yang mendukung Iran, melancarkan serangan terkoordinasi terhadap fasilitas minyak Arab Saudi dan pangkalan militernya semalam. “Harga minyak jadi melonjak tinggi,” kata kepala strategi pasar global Axi, Stephen Innes, dikutip dari Reuters.
Pasukan Houthi menembakkan drone dan rudal ke jantung industri minyak Arab Saudi, termasuk fasilitas milik Saudi Aramco di Ras Tanura. Di sinilah tempat Arab Saudi melakukan ekspor minyak bumi dan sangat mempengaruhi keamanan energi global.
OPEC+ Batasi Produksi
Harga minyak telah naik sejak awal tahun ini. Kenaikannya terjadi karena negara pengekspor minyak dan sekutunya alias OPEC+ setuju untuk melakukan pengurangan produksi.
Meskipun harga naik cepat, Arab Saudi telah menyuarakan keraguan pemulihan permintaan akan terjadi saat ini. India, sebagai importir minyak mentah terbesar ketiga dunia, mengatakan harga yang tinggi dapat mengancam pemulihan konsumsi di beberapa negara.
OPEC+ pada Kamis lalu memutuskan melakukan pembatasan produksi hingga April. Namun, pengurangan ini mengecualikan Rusia dan Kazakhstan.
Arab Saudi memutuskan mempertahankan pemotongan produksi sukarela sebesar satu juta barel per hari hinggga April. Investor terkejut dengan keputusan ini karena harga minyak telah naik.
Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga minyak Brent pada kuartal kedua tahun ini sebesar US$ 5 menjadi US$ 75 per barel. Untuk kuartal ketiga juga naik serupa menjadi US$ 80 per barel.
UBS juga menaikkan prediksi harga minyak untuk paruh kedua tahun ini. Brent di kisaran US$ 75 per dolar dan WTI menjadi US$ 72 per barel.
Pemulihan harga minyak ke level sebelum pandemi telah mendorong para pengebor minyak AS untuk kembali ke sumur minyak. Jumlah rig minyak bertambah setelah naik selama enam bulan berturut-turut, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.