Pembangunan PLTU Batang Sudah Capai 94%, Beroperasi Tahun Depan

Harviyan Perdana Putra I Antara
PLTU Batang, Jawa Tengah.
19/4/2021, 17.26 WIB

PT Adaro Energy Tbk menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang di Jawa Tengah dapat beroperasi pada awal 2022. Adapun, pembangunan dari pembangkit listrik tersebut telah mencapai lebih dari 94%.

Chief Financial Officer (CFO) Adaro Energy Lie Luckman menjelaskan perusahaan saat ini tengah mengebut penyelesaian pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 2x1.000 megawatt (MW) ini. Sehingga diharapkan dapat beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada awal 2022.

"Kemajuannya sudah 94% lebih. Memang untuk proyek sebesar ini banyak hal hal yang perlu kita kejar dan kita perbaiki di sana," kata Lie dalam konferensi pers secara virtual, Senin (19/4).

Sementara itu, perusahaan menargetkan pasokan batu bara untuk pembangkit tersebut dapat dimulai pada akhir tahun ini. Setidaknya perusahaan akan memasok 5 hingga 7 juta ton batu bara per tahunnya. "Pasokan batu bara mulai akhir tahun ini, operasi di awal tahun depan," katanya.

Adapun proyek ini dikerjakan oleh PT Bhimasena Power (BPI). BPI merupakan badan usaha patungan dari perusahaan asal Jepang yaitu Electric Power Development Co, Ltd (J-Power) dan Itochu Corporation, serta anak usaha Adaro Energy yaitu PT Adaro Power.

PLTU Batang bakal memiliki kapasitas 2.000 Megawatt (MW) dengan nilai investasi sebesar US$ 4,2 miliar atau sekitar Rp 59 miliar. Pembangkit ini awalnya ditargetkan bisa beroperasi secara komersial (Commercial on Date/COD) pada 2020.

Namun target tersebut molor menjadi pada akhir 2021. Pada Oktober 2020, Direktur Utama Adaro, Garibaldi Tohir mengatakan bahwa keterlambatan lantaran ada sejumlah masalah teknis dalam penyelesaian konstruksi PLTU.

Selain PLTU Batang, sejumlah pembangkit listrik lainnya juga akan mulai beroperasi pada 2022, di antaranya pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Jawa-1, PLTU Cirebon, serta PLTU Tanjung Jati -1. Dengan demikian PLN akan mendapat tambahan daya hingga 5.000 MW di Jawa, Madura, dan Bali.

Direktur Bisnis Regional Jawa, Madura, dan Bali PLN, Haryanto W.S. mengatakan bahwa tambahan ini akan membuat suplai listrik tahun depan sangat mencukupi, bahkan berlebih, untuk kawasan ini. Sehingga PLN harus mencari permintaan baru untuk menurunkan biaya.

“Jamali akan over supply. Pekerjaan rumah kami bagaimana menciptakan permintaan di Jamali,” ujarnya beberapa waktu lalu. Bahkan kondisi over supply ini sudah terjadi sejak 2020 seiring turunnya konsumsi listrik akibat pandemi Covid-19.

Selain itu, Adaro juga turut mengomentari mengenai kebijakan pemerintah menambah kuota produksi batu bara sebesar 75 juta ton khusus untuk ekspor. Menurut Lie hingga saat ini Adaro masih memakai panduan produksi dalam RKAB yang telah ditetapkan sebelumnya yakni sebesar 52-54 juta ton.

"Kami menunggu prediksi market sambil jaga harga pasar batu bara jangan sampai banjiri pasar yang bikin harga turun," ujarnya.

Reporter: Verda Nano Setiawan