Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkap sulitnya pengembangan Lapangan Ande-Ande Lumut di Blok Northwest Natuna. Padahal, lapangan ini bisa menjadi pendongkrak lifting minyak nasional yang saat ini terus tergerus.
Sekretaris SKK Migas Taslim Yunus mengatakan rencana pengembangan lapangan minyak ini cukup sulit. Lapangan Ande-Ande Lumut mempunyai jenis minyak mentah berat (heavy crude oil).
"Lapangan Ande Ande Lumut itu minyaknya berat dan tidak mudah untuk diproduksikan. Jenis minyak berat jadi agak sulit kalau diproses, kata dia saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Di samping itu, penjualan minyak mentah dari lapangan ini juga cukup sulit. Sehingga secara keekonomian pengembangan lapangan ini, belum masuk hitungan dan membutuhkan teknologi yang tepat.
Mantan Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Suardin pernah mengatakan AWE, anak usaha Mitsui, selaku operator berencana mengubah konsep pengembangan dan menambah cadangan baru. Perubahan dilakukan melalui revisi PoD (planing of development/rencana pengembangan) Lapangan Ande Ande Lumut.
Harapannya, SKK Migas memberikan persetujuan secepat mungkin supaya lapangan Ande-ande Lumut segera beroperasi. Namun, hingga kini lapangan tersebut juga tak kunjung mulai berproduksi.
"Kami berharap tetap sama ya (isi dalam PoD), tapi kami harus realistis. Nanti lihat berapa, makanya kami memanggil mereka untuk lihat apa yang harus di update dari itu," ujar Jaffee.
Berdasarkan data SKK Migas, proyek Ande-Ande Lumut sebelumnya ditargetkan berproduksi pada kuartal pertama 2021. Adapun kapasitas produksi yang akan dibangun sekitar 25-40 ribu barel per hari (bph).
Meski begitu, SKK Migas memproyeksi produksi Lapangan Ande-Ande Lumut hanya bisa mencapai 25 ribu barel minyak per hari (bopd).
Lapangan Ande-ande Lumut ditaksir mengandung cadangan terbukti dan terduga (proved and probable) sekitar 100 juta barel minyak. Lapangan ini ditemukan pada 2000 lalu, kemudian dilakukan pengeboran sumur pada 2006.