PT Pertamina masih mempertahankan harga bahan bakar minyak (BBM), meskipun harga minyak mentah dunia telah melonjak di atas US$ 80 per barel. Akibatnya, harga jual BBM Pertamina dengan pesaingnya terpaut jauh.
Misalnya, perusahaan asal Belanda, Shell Indonesia, telah menaikkan harga produk BBM. Di wilayah Jakarta misalnya, harga BBM untuk jenis Shell Super (RON 92) telah dipatok di level Rp 12.860 per liter.
Harga jual Shell lebih mahal Rp 3.860 per liter dibandingkan dengan harga BBM yang dipatok Pertamina di wilayah yang sama. Untuk BBM jenis Pertamax (RON 92) Pertamina masih menjual di level Rp 9.000 per liter.
Bahkan harga produk BBM Shell Super (RON 92) milik Shell lebih mahal ketimbang harga produk BBM Pertamax Turbo yang memiliki nilai oktan 98. Pertamina masih menjual produk BBM Pertamax Turbo di level Rp 12.300 per liter.
Pjs Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga-Sub Holding Commercial & Trading, Irto Ginting mengatakan pihaknya hingga kini masih belum berencana menaikkan harga BBM. Meski harga keekonomian untuk produk BBM sudah sangat tinggi. "Sementara masih kami review," ujarnnya kepada Katadata.co.id, Senin (8/11)
Pertamina khawatir kenaikan harga BBM dapat memukul daya beli masyarakat. Di sisi lain perusahaan menyadari bahwa meningkatnya beban produksi BBM imbas tingginya harga minyak dunia semakin menekan profitabilitas perusahaan.
Pertamina dan pemerintah tengah mencari solusi, mengingat selisih antara harga yang ditetapkan Pertamina dengan harga keekonomian sudah jauh. "Kami masih koordinasikan dengan Pemerintah untuk solusi terbaiknya," kata dia.
Berdasarkan laman resmi Pertamina harga bahan bakar khusus (BBK) hingga kini belum mengalami perubahan. Seperti di Sumatra, harga Pertalite berkisar antara Rp 7.650-8.000 per liter, Pertamax Rp 9.000-9.400 per liter. Kemudian di Jawa-Bali Pertalite Rp 7.650 per liter dan Pertamax Rp 9.000 per liter.