Pertamina mengaku produksi minyak Blok Rokan saat ini mencapai 162.000 barel per hari (bph). Jumlahnya naik 2,5% atau sebanyak 4.000 bph dibandingkan sebelum proses alih kelola yang berkisar 158.000 bph.
Corporate Secretary Subholding Upstream Pertamina Arya Dwi Paramita, mengatakan kelancaran alih kelola di Blok Rokan terlihat dari kinerja keselamatan kerja serta produksi yang tetap terjaga. Mengingat, tingkat produksi di Blok Rokan saat ini telah mencapai 162.000 bph.
"Naik empat ribu bph dari sebelum alih kelola yang berada di kisaran 158 ribu bph. Kegiatan pengeboran sumur baru dan kerja ulang sumur lama terus dilakukan untuk meningkatkan produksi," ujar Arya kepada Katadata.co.id, Kamis (11/11).
Menurut dia produksi ini menghasilkan 25% dari total jumlah produksi minyak nasional. Sehingga Blok Rokan menjadi salah satu tulang punggung upaya pencapaian target produksi nasional minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (bscfd) pada 2030.
Untuk kegiatan pengeboran, PHR telah mengebor lebih dari 80 sumur dengan mengoperasikan 16 rig. Adapun sampai akhir tahun, perusahaan bakal menambah 1 rig pengeboran lagi untuk mencapai target jumlah pengeboran sebanyak kurang lebih 161 sumur tahun 2021. "Tahun depan, target PHR semakin meningkat yakni 500 sumur," ujarnya.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan pihaknya saat ini tengah bekerja secara totalitas untuk mengejar target produksi lifting di akhir tahun, baik dari kegiatan pengeboran maupun proyek yang masih dikejar sesuai dengan rencana. "Kami usahakan semaksimal mungkin di Rokan. Ada tambah 1 drilling rig lagi," kata dia.
Adapun, berdasarkan penetapan target produksi minyak siap jual atau lifting dalam APBN 2021, produksi Blok Rokan pada tahun ini ditargetkan sebesar 165.000 bph.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro sebelumnya menilai dengan program pengeboran yang dilakukan secara masif, tidak menutup kemungkinan produksi migas di Blok Rokan dapat naik hingga 180 ribu bph pada 2022. Apalagi produksi blok ini pernah mencapai 400 ribu bopd.
Meski begitu, perlu usaha keras dari Pertamina Hulu Rokan (PHR) selaku operator berikutnya dalam melanjutkan program pengeboran sumur pengembangan skala masif. "Peluang saya kira tetap ada jika mengingat Rokan pernah mencapai produksi hingga 400 ribu bopd," ujarnya beberapa waktu lalu.
Komaidi memproyeksikan masa depan Blok Rokan setelah diambil alih Pertamina ke depan akan cukup positif. Pasalnya, berdasarkan data dari Chevron Pacific Indonesia, masih terdapat sejumlah titik yang dapat dikembangkan. "Karena itu upaya pengembangan sumur-sumur baru ini yang perlu dilakukan PHR," ujarnya.